Jakarta, Gempita.co – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), melakukan kegiatan pelepasliaran biota hasil riset dan panen lobster hasil percontohan penyuluhan, Sabtu (24/10), di Banyuwangi, Jawa Timur. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mendukung keberlanjutan di sektor kelautan dan perikanan.
Kepala Pusat Riset Perikanan Yayan Hikmayani mengatakan, kegiatan riset lingkup BRSDM diarahkan untuk mendukung sasaran strategis KKP dalam rangka menjaga sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.
“Hasil riset berupa inovasi teknologi yang dapat meningkatkan daya saing, sehingga turut berperan dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat. Salah satu hasil riset yang telah dihasilkan oleh BBRBLPP (Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan) Gondol sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Pusat Riset Perikanan, adalah penemuan pakan induk lobster atau pelet maturasi dan penggunaan empat jenis isolat bakteri probiotik spesifik untuk pematangan induk lobster bertelur,” ujar Yayan.
Selain itu, kata Yayan, telah dihasilkan benih ikan kerapu sunu melalui riset. Kedua hasil riset tersebut dilepasliarkan ke alam, dengan tujuan agar dapat berkembang biak dan menambah stok di alam. Diharapkan biota yang dilepasliarkan tersebut kemudian dapat dijaga secara partisipatif oleh masyarakat melalui Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas).
“Inovasi riset tersebut dapat diperkenalkan penyuluh untuk di usahakan oleh masyarakat sebagai pilihan komoditas budidaya,” katanya.
Riset dan Pengembangan
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, untuk menemukan sebuah teknologi yang tepat guna di bidang perikanan maka diperlukan sebuah riset dan pengembangan yang terus-menerus, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kaidah-kaidah lingkungan yang berkelanjutan.
“Hasil-hasil riset tersebut didiseminasikan kepada para pelaku usaha melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis, percontohan dan media yang lainnya oleh UPT Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi, serta UPT KKP dan stakeholder perikanan lainnya,” jelas Lily.
Ia menuturkan, apa yang diinisiasi oleh BRSDM dalam beberapa tahun terakhir adalah kegiatan Unit Percontohan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Pada tahun ini Puslatluh KP telah membangun 12 unit percontohan penyuluhan, tersebar di seluruh Indonesia, yang salah satunya adalah Unit Percontohan Budidaya Lobster di Banyuwangi, dimana pelaksanaannya melibatkan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Pesona Bahari.
“Pada hari ini (24/10) kita bersama-sama akan melakukan pemanenan lobster hasil kegiatan percontohan penyuluhan dengan metode keramba dasar, yang benihnya ditebar pada Juli 2020. Pada hari ini pula pelepasliaran lobster bertelur dan ikan kerapu sunu hasil penelitian BBRBLPP Gondol. Yang mana biota tersebut telah melalui proses yang terencana, terukur dan akurat, sehingga diperoleh hasil yang optimal dan diharapkan hasil-hasil kegiatan ini dapat disebarluaskan kepada masyarakat melalui penyuluh perikanan,” tutur Lilly.
Induk Lobster
Sementara itu, Kepala BBRBLPP Bambang Susanto mengatakan, biota hasil riset yang dilepasliarkan adalah induk lobster bertelur ukuran 285-295 gram dan benih kerapu sunu ukuran 8-10 cm sebanyak 1.000 ekor. Menurutnya, berdasarkan hasil percontohan pembesaran lobster yang dilakukan di Lombok Timur, dari ukuran awal 80-90 gram menjadi 225 gram selama tiga bulan, dengan kelangsungan hidup sekitar 92,5%, memberikan keuntungan sekitar Rp 4 juta.
“Biota yang dilepasliarkan akan tumbuh dan berkembang, seperti induk lobster bertelur diperkirakan akan melepaskan sekitar 4,5 sampai 5 juta larva lobster dan bila 1% saja menjadi benih benih lobster, maka akan memberikan populasi lobster di perairan Kawasan Konservasi Grand Watu Dodol Banyuwangi,” jelasnya.
“Begitu juga benih ikan kerapu sunu, yang akhirnya akan dapat dimanfaatkan oleh nelayan dan masyarakat Buleleng. Kami juga berharap peran serta semua pihak, antara lain Pemda, Dinas terkait, Balai dan Masyarakat, baik Desa maupun Pokmaswas, untuk dapat mendukung, sehingga kegiatan seperti ini dapat berkelanjutan dan menjadi lokasi ekowisata laut atau Eko-Edu-Wisata,” harap Bambang.