Jakarta, Gempita.co – Pengelolaan pesisir dan laut perlu dilakukan secara partisipatif. Karenanya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merangkul seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama melindungi pesisir dan laut. Sustainable Ecosystems Advance (SEA) Champion atau para pejuang laut merupakan mitra KKP sebagai penggerak konservasi di wilayah timur Indonesia.
Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL), Hendra Yusran Siry mengatakan dalam melestarikan laut, Ditjen PRL memiliki program partisipatif yang dikenal sebagai Gerakan Cinta Laut (Gita Laut). Program ini menyasar Kelompok Anak Muda, Kelompok Perempuan, Kelompok Aparatur Negara, dan Kelompok Masyarakat Pesisir.
“Upaya yang dilakukan SEA Champion di wilayah timur Indonesia bisa dipadukan dengan program Gita Laut yang telah lama diinisiasi oleh Ditjen PRL,” kata Hendra, saat memberikan keterangan di Jakarta, Kamis (2/10/2020).
Sementara itu, Ahli Utama Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir (PELP) Ditjen PRL Agus Dermawan pada webinar ‘Babagi Carita Bae’ yang diselenggarakan Kamis, (24/9) mengungkapkan sejumlah tantangan dalam konservasi sumber daya ikan seperti tumpang tindih dalam pengelolaannya, faktor pemanfaatan ekonomi, pengawasan dan penegakan hukum, kekurangan data dan informasi serta rendahnya kesadaran masyarakat.
“Konservasi sumberdaya ikan diatur melalui Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Strategi yang dilakukan dalam pengelolaannya adalah dengan mengelola spesies dan habitat, meningkatkan akses pendanaan, membangun kemitraan, penyadartahuan dan peningkatan kapasitas SDM,” jelas Agus.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong, Santoso Budi Widiarto juga mengungkapkan dalam pengelolaan pesisir dan laut khususnya di wilayah kerjanya diperlukan kemitraan yang sinergis antar lembaga pemerintah, organisasi, masyarakat, dan mitra terkait lainnya.
“Dengan wilayah kerja yang sangat luas, hingga 51 kabupaten kota pesisir menjadi hal yang mustahil jika LPSPL Sorong mengelolanya sendiri. Inilah pentingnya kerjasama dan kemitraan dengan stakeholder terkait untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut,” ujar Santoso di Sorong.
“Tahun ini LPSPL Sorong telah menyalurkan bantuan pemerintah kepada 3 kelompok masyarakat di wilayah kerjanya. Satu paket bantuan pemerintah untuk kelompok masyarakat penggerak konservasi (KOMPAK) di Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara dan dua paket bantuan pemerintah sarana prasarana ekonomi produktif di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Semua itu merupakan bagian dari kepedulian KKP untuk mendukung peran masyarakat dalam melindungi pesisir dan lautnya,” imbuh Santoso.
Webinar “Babagi Carita Bae Perlindungan Biota Laut dan Sumberdaya Pesisir: yang menghadirkan Ahli Utama PELP Ditjen PRL, Agus Dermawan sebagai narasumber. Webinar ini merupakan kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama USAID SEA Project. Melalui webinar ini diharapkan adanya peningkatan kemitraan Ditjen PRL dengan masyarakat yang notabene langsung berinteraksi dengan wilayah pesisir dan lautnya, tak terkecuali pada 502 SEA Champion yang tersebar di WPP 715 Republik Indonesia.
Cerita SEA Champion Jaga Pesisir dan Laut
Robert Tutuwely, salah satu pemuda binaan mitra USAID SEA Project sebagai SEA Champion menceritakan pengalamannya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di asalnya, Negeri Boano Selatan, Maluku Utara.
“Beta (saya) pernah menangani dugong terdampar mati di pesisir kampung. Beta menganggap dugong ini layaknya manusia. Jika dia terdampar dan mati maka dia dikuburkan selayaknya manusia, bukan di makan,” ujar Robert Tutuwely.
Sementara itu, SEA Champion lainnya, Nurmini Sifati dari Kepulauan Morotai, Maluku Utara menceritakan bahwa sampah menjadi masalah yang mulai muncul di desanya. Nurmini mengambil inisiatif untuk melakukan sosialisasi membuang sampah yang benar kepada anak-anak usia sekolah.
“Kalau laut sudah memberi ikan, jangan kita balas dengan memberi sampah ke laut,” pesan Nurmini pada setiap sosialisasi yang ia lakukan.
SEA Champion lainnya Rika Ocelin Masso, yang berprofesi sebagai pedagang ikan mengungkapkan sulitnya mengubah kebiasaan atau perilaku masyarakat dalam mendukung kegiatan konservasi. Meski demikian, ia menuturkan bahwa hal tersebut tak menjadi penghalang baginya untuk terus mengajak masyarakat menjaga kelestarian alam.
“Orang yang jaga alam dengan baik-baik itu orang yang menghargai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa,” pungkasnya.