Jakarta, Gempita.co – Dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) enumerator, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), menggelar Workshop Penguatan Kapasitas Enumerator dalam Pendataan Kajian Stok Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI).
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Balai Riset Perikanan Laut (BRPL), dibawah supervisi Pusat Riset Perikanan (Pusriskan), 1-4 November 2020, di Bogor, Jawa Barat.
Data Food and Agriculture Organization (FAO) Tahun 2020 menunjukkan, Indonesia menduduki peringkat ketiga dibawah Republik Rakyat Tiongkok dan Peru untuk produksi perikanan tangkap laut terbesar dunia. Data tersebut juga menunjukkan Indonesia menyumbang 8% dari produksi dunia.
Sementara itu, untuk sumber daya ikan, potensi yang tercatat, sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 50 Tahun 2017, sebesar 12,54 juta ton dengan tingkat pemanfaatan sebesar 80%. Potensi ini diperkirakan akan tertambah dengan semakin baiknya sistem pengelolaan perikanan yang menganut prinsip berkelanjutan sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Pasal 6 Ayat 1, yang menegaskan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan dengan memperhatikan tiga aspek utama yaitu ekologi, ekonomi dan sosial.
Dalam rangka penyediaan data dan informasi sumber daya ikan nasional, BRPL mendapatkan amanah melalui kegiatan prioritas nasional dalam penyediaan data dan informasi stok sumber daya ikan di 11 WPP NRI. Amanah yang diemban BRPL memiliki arti penting dan strategis dalam penyediaan bahan rekomendasi untuk kebijakan pengelolaan perikanan laut di Indonesia.
Hal ini diperkuat dalam sasaran pembangunan kelautan dan perikanan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, salah satunya diarahkan untuk menjamin akurasi pendataan stok sumber daya ikan dan pemanfaatan WPP melalui pendataan stok secara komprehensif di 11 WPP untuk menghasilkan data perikanan yang reliable untuk Tahun 2020–2024 serta penguatan manajemen data stok perikanan berdasarkan spesies dan WPP pada Tahun 2025–2029.
Untuk itulah kegiatan workshop pada kesempatan ini diselenggarakan. Hal ini disebabkan pula bahwa peran enumerator sangat penting sebagai ujung tombak penyedia data secara periodik, konsisten dan akurat untuk pemodelan stok sumber daya ikan dengan data yang tertelusur dan terkini.
Kepala Pusriskan Yayan Hikmayani pada saat pembukaan workshop mengatakan, BRPL memperhatikan kebutuhan direktorat teknis terkait permintaan status stok komoditas ekonomis. Karena itu lah workshop ini diselenggarakan sebagai wahana bagi enumerator dalam memahami pendataan stok tersebut.
“Enumerator melaporkan data yang terstandar dan tertelusur. Data hasil enumerator akan dijadikan dasar dalam menentukan kebijakan pengelolaan perikanan berkelanjutan,” ujar Yayan.
Untuk itu ia berharap, kegiatan workshop ini perlu dilakukan secara periodik sesuai perkembangan ilmu pengetahuan. Kendala teknis yang terjadi perlu diupayakan solusinya agar kinerja sistem pendataan yang dibangun dapat terimplementasi dengan baik. Dengan demikian diperlukan adanya sinergitas kerja sama dengan stakeholder.
Kepala BRPL Erfind Nurdin mengatakan, saat ini perhitungan stok bertumpu pada tiga kegiatan pengumpulan data yang saling melengkapi, yaitu pertama, observer ilmiah di kapal penangkap dan data logbook, kedua pencacahan data hasil tangkapan di basis pendaratan ikan (enumerator).
“Ketiga, survei menggunakan kapal riset. Adapun tantangan pengelolaan perikanan ke depan ditujukan untuk mengembangkan pendekatan, model matematis secara sistematis, pendataan ilmiah yang reliable, robust, tertelusur dan terstandar,” jelas Erfind.
Menurutnya, saat ini terdapat 132 enumerator yang menjadi garda terdepan dalam pengumpulan dan pencatatan data harian dari aktivitas pendaratan ikan hasil tangkapan di 11 WPP NRI. Karena itu, kegiatan peningkatan kapasitas enumerator dalam menjalankan tugas utamanya di lapangan secara periodik perlu dilakukan melalui pengkayaan pemahanan tentang pengkajian stok, pembaharuan sistem pendataan, evaluasi kinerja, dan audit data. Kecukupan data yang berkesesuaian dengan metode analisis yang digunakan sebagai basis informasi utama dalam menerapkan keputusan manajemen perikanan di wilayah kajian.
Workshop kali ini merupakan periode pertama, yang diperuntukkan bagi enumerator dari WPP 571, WPP 572, WPP 573, WPP 711, WPP 712 dan WPP 716, serta enumerator dari West Pacific and East Asian Seas (WPEA) yang bekerja sama dengan Pusriskan. Adapun periode kedua rencananya akan diselenggarakan pada minggu keempat bulan November 2020.
Tujuan diselenggarakannya kegiatan workshop ini adalah meningkatkan kinerja pendataan sesuai dengan SOP/protokol pendataan; meningkatkan kemampuan identifikasi jenis ikan hasil tangkapan; meningkatkan keterampilan penggunaan sistem database e-BRPL; dan melakukan evaluasi dan identifikasi permasalahan pendataan. Hasil yang diharapkan, enumerator paham dan mampu bekerja sesuai dengan SOP pendataan dan mampu mengoperasikan sistem data base e-BRPL.
Peserta yang hadir sejumlah 80 orang, berasal dari Pusat Data dan Informasi – Sekretariat Jenderal KKP; Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan – Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP; Pusriskan; BRPL; The Nature Conservancy/Yayasan Konservasi Alam Nusantara; dan Enumerator WPP NRI.
“Dengan adanya pandemi Covid-19, kita dituntut merumuskan langkah-langkah strategis menghadapi situasi ini namun dapat mencapai output yang direncanakan,” kata Erfind.
BRPL memberikan apresiasi yang tinggi dan mengucapkan terima kasih untuk para enumerator yang telah bersemangat dan berkomitmen tinggi dalam menjalankan tugasnya. Peneliti BRPL terus melakukan pendampingan dan monitoring kepada para enumerator yang bertugas melaksanakan kegiatan harian untuk mencatat aktivitas pendaratan ikan hasil tangkapan yang didaratkan.
“Meliputi jumlah dan jenis ikan yang didaratkan, operasional penangkapan serta sampling ikan hasil tangkapan untuk kepentingan kajian stok perikanan,” tutur Erfind.
Sumber: Humas BRSDM