Gempita.co-Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) bergerak cepat memetakan tantangan SEA Games 2021 Vietnam.
Pemetaan tersebut selanjutnya akan dirumuskan dalam buku saku yang bakal didistribusikan kepada cabang olahraga (cabor).
Sekretaris Jenderal NOC Indonesia Ferry Kono mengatakan banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan menuju SEA Games edisi ke-31 pada 12-23 Mei.
Di antaranya, pemetaan kluster pertandingan, penegasan protokol kesehatan, hingga hal-hal yang berkaitan dengan regulasi yang menjadi pertanyaan pengurus cabang olahraga (cabor).
“Kami berencana mengirimkan buku saku yang berisi regulasi selama di Vietnam. Termasuk mapping kluster venue, mengingat SEA Games ke-31 tersebar di beberapa kota,” kata Ferry, Kamis (24/03).
Berdasarkan hasil Chef de Mission (CdM) Meeting terakhir, tuan rumah menyampaikan 12 kluster yang menjadi tempat pertandingan SEA Games (pemetaan lihat infografis). Ha Noi menjadi central dengan 11 kota pendukung, yakni Hoa Binh, Bac Giang, Quang Ninh, Bac Ninh, Vinh Phuc, Hai Phong, Ninh Binh, Nam Dinh, Phu Tho, Ha Nam, dan Hai duong.
“Dengan lokasi yang terpencar ini, kami mencoba bekerja efektif dan memanfaatkan KBRI di Vietnam. Termasuk WNI yang berada di sana untuk membantu, sehingga Kontingen Indonesia dan Headquarter bisa ramping dan efisien, seperti skema yang kami tetapkan,” ujar Ferry.
Terkait protokol kesehatan, kata Ferry, panitia penyelenggara SEA Games Vietnam (VIESGOC) menetapkan penyelenggaraan dengan sistem semi-gelembung yang dihadiri penonton. Atlet akan dites setiap hari sebelum bertanding.
“Aturan prokesnya ada antigen test setiap hari, tetapi kami belum mendapat jawaban pasti dari VIESGOC terkait kebijakan detailnya. Misalnya, apakah atlet didiskualifikasi atau pertandingan ditunda apabila di tengah babak ada atlet yang positif. Ini masih perlu kami gali lagi informasinya,” ujar Ferry.
Di sisi lain, NOC Indonesia juga sudah menerima technical handbook untuk masing-masing cabang olahraga. Materi tersebut dapat diakses secara langsung oleh para pengurus federasi nasional (NF) di situs resmi nocindonesia.id sejak awal Maret.
NOC Indonesia juga menerima pertanyaan lanjutan dari anggota, seperti dari Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) yang meminta kejelasan terkait ketentuan pemain naturalisasi. Hal ini, dikatakan Ferry, sudah dijawab langsung oleh VIESGOC, tetapi NOC Indonesia juga dituntut menjalankan aturan sesuai Olympic Charter (Piagam Olimpiade).
Merujuk Ayat 2 Aturan 41 Piagam Olimpiade tentang Nationality of Competitor menekankan kompetitor yang merepresentasikan satu negara di Olimpiade, termasuk kontinental atau regional atau dunia serta kejuaraan regional yang diakui oleh Federasi Internasional (IF), dan pindah kewarganegaraaan atau mendapat kewarganegaraan baru, bisa merepresentasikan negara barunya di Olimpiade setidaknya setelah tiga tahun sejak kompetitor tersebut mewakili negara sebelumnya. Periode tersebut dapat dikurang atau dibatalkan dengan kesepakatan antara NOC dan Federasi Internasional, yang disetujui Dewan Eksekutif IOC.
“PP Perbasi menanyakan terkait regulasi pemain naturalisasi. Kami sampaikan dan telah dijawab VIESGOC, yakni mereka tidak memiliki batasan, tetapi ada pertimbangan lain yakni Olympic Charter dan ini akan kami sampaikan juga kepada cabor,” kata Ferry.