Srinagar, Gempita.co – Komandan pemberontak Kasmir tewas setelah baku tembak dengan pasukan pemerintah India, hal itu dijelaskan pihak berwenang India.
Dikutip dari Aljazeera, Minggu (2/10/2020), Komandan yang tewas, Saifullah Mir alias Gazhie Haider, adalah kepala operasi kelompok pemberontak terbesar di kawasan itu, Hizbul Mujahidin, yang selama beberapa dekade telah mempelopori kampanye bersenjata melawan pemerintahan India.
Inspektur Jenderal Polisi Kashmir Vijay Kumar mengatakan pasukan keamanan melancarkan operasi hari Minggu, bertindak berdasarkan intelijen tentang kehadiran Mir di lingkungan di pinggiran ibu kota daerah, Srinagar.
Dia mengatakan baku tembak terjadi di mana komandan tewas dan tersangka rekannya ditangkap. “Ini adalah keberhasilan besar perjuangan pasukan keamanan melawan militansi di wilayah tersebut,” kata Kumar. Belum ada konfirmasi langsung dari para pemberontak tentang pembunuhan itu.
Tak lama setelah baku tembak, protes anti-India meletus di lingkungan itu. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru senapan untuk menghentikan sejumlah pemuda pelempar batu berbaris di daerah tersebut.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan termasuk “Kami ingin kebebasan” dan “Pergi India”. Tidak ada yang dilaporkan terluka dalam bentrokan tersebut.
Menurut para pejabat, Mir bergabung dengan barisan pemberontak pada 2014 dan mengambil alih Mujahidin Hizbul sebagai komandan operasi puncaknya setelah pasukan India membunuh pendahulunya Riyaz Naikoo pada Mei.
Baik India dan Pakistan mengklaim Kashmir secara penuh tetapi mengelola bagian-bagiannya yang terpisah, dibagi oleh Garis Kontrol, di mana gencatan senjata telah diberlakukan sejak 2003.
Pemberontak telah berperang melawan pemerintahan India sejak 1989. Sebagian besar Muslim Kashmir mendukung tujuan pemberontak agar wilayah itu disatukan baik di bawah pemerintahan Pakistan atau sebagai negara merdeka.
India mengatakan pemberontakan di Kashmir disponsori oleh tetangga baratnya. Pakistan membantah tuduhan itu, dan sebagian besar warga Kashmir menyebutnya sebagai perjuangan kemerdekaan yang sah. Puluhan ribu warga sipil, pemberontak dan pasukan pemerintah tewas dalam konflik tersebut.
Sumber: Aljazeera