Tegal, Gempita.co – Anggota Komisi VI DPR RI Siti Mukaromah mengungkapkan, Indonesia harus sudah mulai memaksimalkan produk-produk dalam negeri yang tak kalah berkualitas, dibanding dengan produk sejenis dari impor.
“Para UKM logam yang ada di Tegal sudah mampu memproduksi produk setara kualitas pabrikan,” kata
Mukaromah, saat bersama Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meninjau Material Center milik Koperasi Tegal Manufaktur Indonesia (TMI), di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, beberapa hari yang lalu.
Mukaromah yang mewakili Komisi VI DPR RI pun berharap Indonesia tidak lagi fokus impor untuk barang-barang yang bisa diproduksi di dalam negeri.
“Kita bisa melihat langsung onderdil-onderdil untuk mobil, motor, kapal, kelistrikan, hingga alat kesehatan rumahsakit, sudah sangat luar biasa diproduksi oleh masyarakat Kabupaten Tegal yang tergabung dalam Koperasi TMI,” ungkap Mukaromah.
Menurut Mukaromah, hal ini harus menjadi catatan penting bahwa Indonesia memiliki banyak kekayaan alam dan talenta-talenta yang berkualitas dari generasi milenial.
Selain di Tegal, juga bersama MenkopUKM Teten Masduki, Mukaromah berkesempatan mengunjungi Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Desa tersebut terkenal hingga mancanegara karena mampu memproduksi gula semut berbahan dari nira kelapa.
“Produk gula semut asal Desa Semedo ini kini sudah menjadi tren dunia, dimana sudah banyak negara yang memesannya. Mereka mengejar produk gula semut asal Desa Semedo, karena merupakan produk organik tanpa campuran bahan kimia,” kata Mukaromah.
Bagi Mukaromah, fakta tersebut merupakan potensi yang harus terus dimaksimalkan agar lumbung pangan juga bisa tercipta dari Banyumas.
Selain mengunjungi Desa Semedo, Mukaromah juga mengunjungi satu bengkel mobil bernama Bengkel Toseng di daerah Patikraja, Banyumas.
“Berkat pembinaan dari Yayasan Dharma Bakti Astra atau YDBA, milik Sutanto itu mampu mengembangkan usaha bengkelnya setara dengan bengkel usaha besar,” kata Mukaromah.
Mukaromah memberikan apresiasi kepada pemilik bengkel yang sudah mulai berpikir global dalam mengembangkan usahanya hingga mampu beromzet Rp30 juta sebulan.
“Ini harus bisa memotivasi generasi muda lainnya,” tegas Mukaromah.
Begitu juga dengan UKM Pande Besi yang tergabung dalam Kelompok Perajin Pande Besi Gayeng Ruyeng di Desa Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas. Mereka memproduksi berbagai alat pertanian, pisau, dan golok.
“Kualitas produk rumahan mereka tidak kalah dengan produk pabrikan. Ini potensi yang luar biasa untuk dikembangkan,” ucap Mukaromah.
Oleh karena itu, Mukaromh berharap Kementerian Koperasi dan UKM bisa memaksimalkan potensi-potensi yang ada di banyak daerah, agar masyarakat Indonesia bisa lebih sejahtera.
“Kita selalu mendukung Kemenkop dan UKM agar APBN bisa memberi nilai bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat koperasi dan UMKM,” pungkas Mukaromah