LIPI : Hampir 100 Persen Lonjakan Kasus Covid-19 Merupakan Varian Delta

Gempita.co- Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia disebabkan oleh varian Delta. Dari penelitian yang dilakukan di Laboratorium Bio Safety Level (BSL) 3 LIPI, dengan melakukan pengambilan sampel selama delapan hari terhitung dari tanggal 10-18 Juni, ditemukan hampir 100 persen adalah varian asal India tersebut.

“Jika dilihat dari data GISAID yaitu data genom SARS-CoV-2 yang berhasil di-sequencing dan diidentifikasi selama tiga pekan terakhir, lebih dari 95 persen merupakan varian delta. Sisanya adalah varian alfa dan varian lokal Indonesia,” kata Ketua Tim Pengurutan Genom Menyeluruh (Whole Genom Sequencing/WGS) SARS-CoV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra di Jakarta, Sabtu (17/7).

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Sejak beberapa pekan belakangan, kasus COVID-19 di Indonesia mengalami lonjakan yang sangat signifikan. Bahkan, pada rentang waktu 2-15 Juli 2021 tercatat penambahan total kasus positif COVID-19 mencapai 523.695 kasus.

Pada 11 Juli 2021 Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus kematian tertinggi di dunia. Yaitu mencapai 1.007 orang dalam satu hari. Merebaknya kasus COVID-19 di Indonesia ditengarai oleh varian baru dari virus SARS-CoV-2 varian delta yang diketahui pertama kali ditemukan di India.

Menurut Sugiyono, faktor utama yang menyebabkan varian delta begitu berbahaya dan penyebarannya sangat massif. Hal ini karena karakteristik varian delta memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dibanding lainnya.

“Material genetik yang ditemukan di varian delta punya karakter khusus. Yaitu bisa menurunkan efektifitas dari vaksinasi dan terapi obat yang dilakukan,” tukasnya.

Sugiyono menuturkan berdasarkan data yang diperoleh dari Inggris, varian delta sangat berkorelasi dengan peningkatan jumlah huni rumah sakit. Hal itu berarti varian tersebut mempunyai efek terhadap keparahan kondisi pasien COVID-19.

Kasus COVID-19 di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh varian delta. Berdasarkan riset yang dilakukan, juga ditemukan varian baru asal Indonesia. Yakni varian B.1.466.

Sugiyono menjelaskan sebelum varian delta masuk ke Indonesia, varian baru asal Indonesia mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia.

“Akan tetapi, sampai saat ini, bukti ilmiah terkait efek secara epidemiologi atau bukti ilmiah yang menunjukkan langsung efek dari mutasi yang terjadi belum ada. Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan sampai saat ini varian delta lebih berbahaya,” pungkas Sugiyono.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali