Gempita.co – Perusahaan perkebunan kelapa sawit Malaysia hingga semikonduktor terpaksa mengabaikan pesanan dan miliaran penjualan, disebabkan kelangkaan pekerja migran.
Produsen di Malaysia mengatakan negaranya kekurangan 1,2 juta pekerja. Sebanyak 500.000 untuk konstruksi, 12.000 untuk kelapa sawit, 15.000 untuk cip, 12.000 untuk sarung tangan medis.
Reuters melaporkan, Presiden Federasi Produsen Malaysia, Soh Thian Lai, yang mewakili lebih dari 3.500 perusahaan Selasa (14/6/2022) mengatakan
“Meskipun optimisme yang lebih besar dalam prospek dan peningkatan penjualan, beberapa perusahaan sangat terhambat dalam kemampuan mereka untuk memenuhi pesanan,” kata Soh thian Li.
Sejak April 2022, perusahaan telah meminta izin 475.000 pekerja migran. Namun Kementerian Sumber Daya Manusia Malaysia, yang bertanggung jawab untuk menyetujui penerimaan pekerja asing, hanya menyetujui 2.065 pekerja saja.
Meskipun sudah mencabut larangan perekrutan pekerja asing di Februari karena Covid-19, jumlah pekerja migran masih minim. Ini disebut akibat lambatnya negosiasi dengan sejumlah negara asal pekerja migran termasuk Indonesia dan Bangladesh, terutama soal perlindungan pekerja.
Indeks PMI manufaktur Malaysia menunjukkan adanya penurunan menjadi 50,1 pada Mei dari 51,6 pada April.
Menurut data S&P Global, hampir tidak tersisa dalam ekspansi. Karena sektor ini kehilangan sebagian besar pekerjaan sejak Agustus 2020.
Industri sawit, yang menyumbang 5% ekonomi Malaysia pun memberi peringatan, sebab akan ada 3 juta ton panen hilang tahun 2022 ini karena busuk buah tidak dipetik, yang berarti kerugian lebih dari US$ 4 miliar.
Sementara industri sarung tangan karet memperkirakan US$ 700 juta pendapatan yang hilang tahun ini jika kekurangan tenaga kerja terus berlanjut.
Sumber: parstoday