Mantan Presiden Iran Ini Akui, Agen Israel Menyusup di Kementerian Intelijen

Gempita.co – Dalam dua dekade terakhir, sejumlah ilmuwan nuklir terkemuka Iran telah dibunuh. Terdapat banyak sabotase di fasilitas militer dan nuklir Iran, tapi sejauh ini pasukan keamanan Iran secara umum gagal untuk mencegah atau menangkap pelaku dan komplotannya.

Pada tahun terakhir kepresidenan Mahmoud Ahmadinejad (2013), terdapat desas-desus bahwa komandan IRGC, perwira intelijen, dan bahkan panegyrist (pejabat agama) telah ditangkap karena menjadi mata-mata untuk Mossad. Tapi tuduhan terhadap mereka secara resmi tak pernah dikonfirmasi.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Salah satu terdakwa adalah pejabat yang bertanggung jawab terhadap kontra-intelijen Israel di kementerian intelijen Iran. Pengadilan Revolusi Iran diam-diam menjatuhkan hukuman mati, dan mengeksekusinya tanpa ada publikasi sama sekali.

Barulah tahun kemarin Ahmadinejad mengkonfrimasi bahwa Mossad telah menyusup di kementerian intelijennya. Dia mengatakan: “Apakah ini normal, bahwa sebagian besar pejabat senior yang bertanggung jawab untuk mengendalikan mata-mata Israel, bertanggung jawab untuk melawan keberadaan Israel di Iran, malah dia sendiri yang menjadi agen Israel?”

Israel jarang sekali berkomentar tentang aktivitas Mossad. Pensiunan jenderal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan mantan pejabat kementerian pertahanan, Amos Gilad, mengatakan kepada BBC bahwa ini dilakukan untuk alasan yang baik.

“Saya tak setuju dengan publikasi apa pun. Jika kamu ingi tembak, ya tembak, jangan banyak bicara… reputasi Mossad adalah melakukan operasi luar biasa, tak terduga, sembunyi-sembunyi, tanpa publikasi.”

Hari ini, mantan pejabat Iran khawatir Mossad telah menggenggam pejabat tingkat tinggi di institusi keamanan dan intelijen Iran.

Ali Yunesi, mantan menteri intelijen Iran sekaligus penasihat tertinggi Presiden Rouhani, menyampaikan peringatan ini dalam sebuah wawancara: “Pengaruh Mossad di banyak bagian di negara ini begitu luas, bahwa setiap tokoh di Iran harus khawatir atas hidup mereka, untuk keselamatan mereka.”

Tahanan Mata-mata Asing

Sumber-sumber di dalam bangsal keamanan penjara Evin, Teheran – tempat tahanan bagi mereka yang dituduh sebagai mata-mata untuk negara asing – mengatakan kepada BBC, ada puluhan komandan tinggi IRGC yang ditahan di situ.

Pemerintah Iran tidak mempublikasi nama-nama mereka dan jabatannya untuk menjaga martabat Pengawal Revolusi.

Seorang mantan perwira intelijen untuk Pasukan Quds IRGC (divisi operasional luar negeri) mengatakan kepada BBC, bahwa lembaga-lembaga asing telah mengumpulkan bukti terhadap sejumlah duta besar Iran dan komandan IRGC.

Dia mengatakan, hal itu termasuk bukti hubungan dengan perempuan, yang kata dia, dapat digunakan untuk memeras para pejabat itu untuk memaksa mereka bekerja sama dengan mata-mata asing.

Di akhir Januari 2018, di tengah malam, puluhan orang merangsek masuk ke fasilitas gudang nuklir di sebuah kawasan industri, 30km dari kota Tehran.

Di sana terdapat 32 berangkas, tapi mereka tahu mana saja yang berisi materi-materi berharga. Dalam waktu kurang dari tujuh jam, mereka membobol 27 berangkas, mengambil setengah ton arsip nuklir rahasia dan pergi tanpa meninggalkan jejak. Ini merupakan salah satu perampokan paling berani dalam sejarah Iran, tapi para pejabat memilih untuk tetap diam.

Tiga bulan kemudian, dokumen yang dicuri tersebut muncul di Tel Aviv, Israel.

PM Israel saat itu, Benjamin Netanyahu saat itu memamerkan dokumen-dokumen yang dicuri – hasil dari kerja Mossad. Pejabat Iran pada saat itu menyebutnya sebagai dokumen palsu, dan mereka mengatakan insiden seperti itu tak pernah terjadi.

Agustus 2021, di hari terakhir Hassan Rouhani menjabat presiden Iran, ia mengkonfirmasi Israel telah mencuri dokumen terkait nuklir, lalu menunjukkannya kepada Presiden AS kala itu, Donald Trump.

Saat memamerkan arsip dalam konferensi pers khusus bulan April 2018, Netanyahu menyoroti peran Mohsen Fakhrizadeh atas apa yang disebut program senjata nuklir yang tak pernah diumumkan.

“Dr Mohsen Fakhrizadeh… ingat namanya,” ia mengulangi. Dua tahun kemudian, Fakhrizadeh tewas dibunuh.

Sumber: BBC NEWS

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali