GEMPITA.CO- Dulu Tangerang adalah kota dengan pamor persepakbolaan yang mentereng.
Dua klub Tangerang, Persita dan Persikota, berkiprah di divisi teratas Liga Indonesia pada 1990-an hingga 2000-an. Meskipun tak meraih trofi liga pada periode tersebut, dua tim itu konsisten bersaing di papan atas.
Akan tetapi, sepakbola Tangerang turun ke titik terendah pada 2010-an. Pangkalnya bukan hanya penurunan prestasi Persita dan Persikota, tetap juga adanya rivalitas yang kadang kelewat batas antara masing-masing suporter yang mengusik kota dan membuat lembaga keagamaan bertindak.
Pada 2012, MUI Tangerang mengeluarkan imbauan haram sepakbola. Kepolisian menyambut imbauan tersebut dengan tak mengeluarkan izin keamanan bagi pertandingan sepakbola.
Dua klub kebanggaan Tangerang, terdampak oleh kebijakan tersebut. Persita harus menjalani laga usiran untuk menyelesaikan kompetisi. Sedangkan Persikota nasibnya lebih parah lagi. Mereka terpaksa vakum, tak memiliki tim atau pun kegiatan.
Bagaimana kabar Persikota sekarang? Untungnya, klub berjuluk Bayi Ajaib ini memiliki suporter dan orang-orang yang peduli akan nasib klub. Persikota sedang menyambut proyek kelahiran kembali, berusaha bangkit pelan-pelan dan mencapai level tertinggi sekali lagi.
Manajer Persikota, Mahdiar mengungkapkan bahwa manajemen serius melakukan pembenahan dalam beberapa tahun terakhir. Manajemen Persikota menjalin kerja sama dengan pemerintah dan pengusaha lokal untuk bangkit kembali dan mengulangi masa kejayaan.
“Saat itu [masa kejayaan klub] kita melihat euforia yang luar biasa dari suporter Persikota. Persikota bisa muncul sebagai tim yang cepat untuk naik waktu itu. Itu merupakan kenangan-kenangan yang mudah-mudahan kita bisa ulang lagi ke depannya,” kata Mahdiar.
Pada 2016, gerakan “Persikota Reborn” dimulai untuk membangunkan Si Bayi Ajaib. Gerakan ini mendapatan dukungan berharga dua tahun kemudian. Pebisnis sekaligus pendakwah kondang, Ustaz Yusuf Mansur mau berinvestasi ke klub. Pelatih kenamaan Indonesia, Indra Sjafri juga bergabung ke dalam direksi klub.
Manajemen Persikota pun aktif melobi Pemkot Tangerang. Pemerintah disebut mendukung upaya membangkitkan Persikota. Dukungan ini salah satunya berbentuk pengembangan infrastruktur.
Pada Februari 2020, pengelolaan Stadion Benteng resmi diserahkan Pemkab ke Pemkot Tangerang. Stadion yang menjadi markas Persikota itu pun direnovasi.
Sejak vakumnya sepakbola Tangerang, Stadion Benteng tak terawat. Tiadanya aktivitas sepakbola membuat stadion itu seakan tak bertuan. Setiap sore, bukan lagi pemandangan 11 vs 11 yang terlihat di lapangan Benteng; melainkan warga yang mencari pakan ternak.
Renovasi dilakukan seiring target Persikota promosi ke Liga 2. Mereka saat ini berkiprah di Liga 3.
Selain itu, Persikota juga melakukan merger dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa (PPLM) Kemenpora. Suimin Diharja, sosok yang merekomendasikan merger PPLM dengan Persikota, menyebut pertemuan dengan manajemen klub membuatnya tertarik. Klub Tangerang ini dipilih karena dianggap menunjukkan komitmen serius untuk berkembang.
“Manajemen Persikota ini anak-anak muda, yang punya ambisi, punya kekuatan juga. Karena tujuan kami sama, ada target di sini, maka saya lebih pilih ke Persikota,” kata Suimin dalam wawancara di kanal Youtube Benteng Mania, kelompok suporter Persikota.
Suimin kemudian menjabat pos pelatih kepala Persikota pada 2020. Suimin adalah pelatih kawakan di sepakbola Indonesia. Ia menekuni karier kepelatihan sejak 1990-an dan pernah PSMS, PSBL Langsa, hingga Sriwijaya FC.
Bicara mengenai kebangkitan sepakbola Tangerang, peran masing-masing kubu suporter tak bisa dilewatkan. Untuk Persikota, dukungan setia Benteng Mania krusial bagi kebangkitan klub. Ketika gerakan “Persikota Reborn” dicetuskan, para suporter dilaporkan urunan menyumbang dana.
Benteng Mania dan La Viola pun aktif melobi MUI untuk mencabut imbauan haramnya. Dua kelompok suporter ini juga mendatangi kepolisian dan TNI.
Komitmen tersebut akhirnya berbuah manis. Pada Februari 2018, MUI resmi mencabut imbauan haram sepakbola. Menariknya, MUI mengaku tak pernah mengeluarkan “fatwa”, melainkan sekadar “imbauan”.
Terlepas dari ada-tidaknya fatwa MUI, pelarangan sepakbola yang pernah menghantam dua klub Tangerang kini tak ada lagi. Persikota dan Persita bisa fokus memperbaiki klub dan menyambut kompetisi di rumah sendiri.
Menjelang kompetisi musim 2020, Persikota pun telah membentuk tim. Mereka telah merampungkan seleksi pemain pada Agustus silam. Bayi Ajaib juga menggaet nama-nama menjanjikan untuk mengejar promosi. Di antaranya adalah Ahmad Fariz Fauzi, eks Semeru FC yang menjadi top skor kedua Liga 3 Nasional 2019.
Namun sayangnya, pandemi korona membuat kompetisi ditunda hingga 2021. Hal tersebut membuat Persikota harus menunggu lebih lama kendati sudah mempersiapkan tim.
“Banyak pertanyaan yang masuk ke kami perihal kapan Persikota mulai kumpul lagi dan kapan Liga 3 mulai bergulir. Kami akan kembali kumpul jika Liga 1 dan 2 sudah mendapat kejelasan kapan kick off-nya. Saya berharap Piala Menpora ini sukses 100% agar semua roda kompetisi liga kembali bergulir dan berharap pandemi Covid ini cepat berakhir,” kata Mahdiar sebagaimana dimuat akun Instagram Persikota.
Piala Menpora sedianya dijadikan uji coba gelaran sepakbola di tengah pandemi. Setelah kompetisi pra-musim ini, Liga 1 rencananya digelar pada 11 Juni 2021. Setelah Liga 1 dimulai, Liga 2 dan Liga 3 akan menyusul.
Setelah melakukan pembenahan dari segi internal, kiprah Persikota di atas lapangan menarik disimak. Apakah mereka berhasil promosi ke Liga 2? Saudara tua Si Bayi Ajaib, Persita telah lolos ke Liga 1 dan menunggu mereka di sana.