Jakarta, Gempita.co-Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi menyatakan, surplus neraca perdagangan Indonesia saat ini bukanlah surplus sehat. Meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan hingga 21,7 miliar dolar AS pada 2020.
“Jadi waktu saya lihat dari neraca perdagangan itu, Ini analisa saya ya, kalau waktu dulu itu darah tinggi karena overheating ekonominya. Sekarang kejadiannya justru lemah perekonomian kita. Dan ini menurut saya surplusnya bukan surplus yang sehat,” kata Mendag.
Ia menjelaskan, pada kuartal III 2020, sektor perdagangan tercatat minus 5,09 persen. Dan berdasarkan data Kemendag, impor yang dilakukan Indonesia sebesar 72,9 persen. Dari jumlah tersebut hanya tiga persen dari impor yang digunakan untuk ekspor, sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri.
“Jika dianalisa perdagangan kita tidak jalan. Kalau ini didiamkan, justru bukan sesuatu yang baik. Impor kita turun, ini akan terjadi serombongan yang akan ikut bersama-sama, yaitu tidak terjadi industrialisasi, konsumsi kita tertahan, kemudian penciptaan lapangan kerja kurang. Dan ini merupakan multiplier effect yang sebenarnya negatif,” ucap Lutfi secara virtual, Rabu (27/1/2021).
Namun dia berjanji, akan segera memperbaiki masalah ini dengan tata kelola perdagangan yang baik. Dengan begitu, dia memastikan semua impor barang terutama bahan penolong dan bahan baku kembali pulih supaya terjadi pergerakan ekonomi.