JAKARTA, Gempita.co – Keberadaan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, menjadi kunci utama keberhasilan pengelolaan suatu negara. Kajian-kajian kritis di kampus, bisa menjadi acuan dalam pengambilan suatu kebijakan. Penyataan ini diucapkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo saat menjadi keynote speaker Webinar Nautica Fest 2020 yang digelar oleh Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Jangan pernah meninggalkan kampus kalau mau berhasil,” kata Menteri Edhy pada webinar bertajuk ‘Peran Pemerintah dalam Mengelola Sumberdaya Perikanan Tangkap pada Masa dan Pasca Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Emas 2045’, di Jakarta Senin (2/11).
Karenanya, Menteri Edhy mengajak para pemikir, pegiat dan akademisi untuk turut memantau sekaligus menyumbangkan ide dan pemikiran guna memajukan sektor kelautan dan perikanan. Terlebih kampus merupakan gudang para intelektual yang bisa berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, termasuk di sektor kelautan dan perikanan.
“Kampus-kampus adalah gudangnya orang-orang tersebut,” sambungnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap kampus, Menteri Edhy menegaskan komitmennya untuk menghibahkan kapal-kapal para pelaku illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing, terutama kapal asing ke kampus-kampus yang memiliki jurusan kelautan dan perikanan.
Menurutnya, kapal-kapal tersebut akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk pembelajaran oleh para peserta didik di kampus-kampus perikanan.
“Kapal hasil rampasan pencuri-pencuri ikan itu kita perkuat untuk melatih adik-adik kita yang sedang belajar di kampus. Ini yang saya lihat di depan mata, banyak kampus-kampus yang memiliki jurusan perikanan, alat latihannya sangat kurang apalagi kapal penangkap ikan,” urainya.
Arahan Presiden Jokowi
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Edhy mengungkapkan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sektor kelautan dan perikanan. Pertama, komunikasi dengan nelayan. Menurutnya, definisi nelayan tidak hanya terbatas pada orang yang menangkap ikan, melainkan juga orang-orang yang beraktivitas di sektor kelautan dan perikanan, baik budidaya maupun pengolahan.
Arahan selanjutnya ialah pembangunan perikanan budidaya. Terlebih masih banyak potensi tiap komoditas perikanan yang bisa dibudidaya seperti tambak udang, bandeng dan jenis ikan lainnya.
“Tambak udang adalah potensi lapangan kerja,” sambung Menteri Edhy.
Dikatakannya, diperlukan langkah-langkah di luar kebiasaan dan nalar pada umumnya untuk mengatasi dampak pandemi. Menteri Edhy menyebut, Covid-19 bisa menjadi momentum untuk mengolah cara berpikir guna menjawab tantangan.
“Kemarin saya baru dari Bali untuk meninjau langsung coral reef garden. Bali memiliki potensi tambak, ironisnya tambaknya semakin berkurang. Tidak heran saat pandemi ini karena kemampuannya hanya bergantung di pariwisata terasa sekali dampak pandemi,” urai Menteri Edhy.
Sebagai penutup, Menteri Edhy berharap webinar yang diikuti sekira 400 peserta ini bisa membuahkan pemikiran sekaligus terobosan di sektor kelautan dan perikanan. KKP, katanya, siap menerima masukan dan kritik selama hal tersebut baik untuk kemajuan bangsa dan negara.
“Bamyak hal yang kita lakukan, kami yakin ini belum sesuai dengan harapan. Kami mohon kampus-kampus terutama IPB memberikan masukan dan tambahan,” tandasnya.