Menua itu Pasti, Sejahtera itu Pilihan, Keluarga Indonesia : Yuk, Siapkan Hari Tuamu”

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo “Menua itu Pasti, Sejahtera itu Pilihan, Yuk Siapkan Hari Tuamu”. (Foto: Humas BKKBN)

Jakarta, Gempita.co – Berdasarkan data BPS 2019, Penduduk Lansia di Indonesia sebesar 25,77 juta jiwa (9,60 persen) dari populasi penduduk.

Bertambahnya penduduk lansia bukan tanpa alasan, gencarnya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia membuat usia harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Bappenas memproyeksikan angka harapan hidup di Indonesia mencapai 73,4 tahun pada tahun 2020, dengan umur harapan hidup laki-laki 71,49 tahun dan perempuan 75,27 tahun.

Melihat tren angka harapan hidup masyarakat Indonesia tersebut, bonus demografi yang akan dialami Indonesia juga mau tidak mau akan menyumbangkan peningkatan jumlah lansia di masa yang akan datang setelah penduduk usia produktif tersebut mulai memasuki usia 60 tahun ke atas.

“Kita sangat berharap para lansia ini jangan hanya menjadi obyek yang hanya menerima bantuan kemudian selesai tetapi memang sebetulnya mereka butuh perhatian. Karena banyak sekali yang terlantar, banyak sekali dari mereka yang membutuhkan kita. Ini kenyataan orang-orang tua itu seperti itu semua di sini. Dan kalau kita lihat bahwa ke depan Indonesia itu akan banyak orang tua,” kata Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) pada acara Webinar kegiatan Talkshow “Menua itu Pasti, Sejahtera itu Pilihan, Yuk Siapkan Hari Tuamu” dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional dan Rangkaian Hari Keluarga Nasional Ke – 27 Tahun 2020 yang diperingati setiap tanggal 29 Mei melalui aplikasi daring Zoom, Senin (15/06).

Hasto menjelaskan bahwa di masa-masa yang akan datang proporsi penduduk lansia Indonesia pada tahun 2050 sampai tahun 2100 akan bertambah banyak. Indonesia akan jauh lebih meningkat jumlah lansianya dibandingkan proporsi di tingkat dunia.

Jumlah penduduk lansia yang membesar ternyata berpotensi memberikan banyak benefit jika tangguh, sehat dan tetap produktif.

Kondisi itu bisa menjadi bonus demografi kedua ketika dari kelompok lansia masih memiliki pendapatan lebih besar ketimbang konsumsinya sehingga masih bisa menabung serta menjelaskan cara menjadikan lansia tangguh, sehat dan tetap produktif juga dihubungkan dengan kesehatan reproduksi lansia.

Keluarga bisa memberikan bentuk dukungan sosial meliputi emosi, instrumental, informasi, dan spiritual. Emosi, keluarga memiliki rasa empati, percaya dan perhatian.

Instrumental, keluarga membantu secara langsung dan memberi rasa aman dan nyaman, dan adanya kedekatan. Informasi, keluarga memberikan informasi mengenai hal-hal yang dinilai positif dan dapat meningkatkan pengetahuan dan tindakan.

Spiritual, dukungan keluarga dalam bentuk harapan, doa, pengertian dan memahami alasan-alasan.

Menurut Hasto, sebetulnya umur 32 tahun adalah puncak dari umur manusia dan setelah 32 tahun ternyata pembuluh darah menjadi menyempit dan tulang pun menjadi keropos. Begitu umur 33 tahun proses ageing sudah terjadi.

Maka dari itu segala permasalahan akan terjadi termasuk masalah kesehatan pada lansia. Selain itu masalah kesehatan reproduksi lansia juga tidak kalah penting untuk diperhatikan karena permasalahan tersebut meliputi kesehatan fisik dan mental sepanjang siklus kehidupannya. Pada lansia perempuan mengalami atrofi/penyusutan jaringan otot, vagina menjadi kurang elastis, dinding uterus menipis, ovarium mengkerut dan payudara menyusut dan mendatar.

Sedangkan pada lansia pria terjadi pembesaran prostat (BPH), kemampuan testis untuk memproduksi, testosteron berkurang, penurunan libido, ejakulasi dini, penurunan tonus otot.

Untuk mengatasi segala permasalahan kesehatan reproduksi lansia tersebut perlu adanya dukungan keluarga dengan selalu menerima perubahan kondisi lansia dan melakukan pendampingan, gaya hidup sehat (Olahraga teratur, konsumsi makanan dengan gizi seimbang, konsumsi vitamin, tidur yang cukup, tidak merokok), dan terapi hormonal seperti Hormone Replacement Therapy dan pemberian hormon Androgen.

“Peran keluarga dalam masalah kesehatan reproduksi tersebut antara lain keluarga dan lansia perlu mengetahui perubahan perkembangan reproduksi yang dialami oleh lansia, keluarga membantu dalam penyediaan makanan yang bergizi bagi lansia, keluarga mendampingi lansia dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, memperhatikan gaya hidupnya, keluarga mendukung lansia dalam pengembangan hobi,” tutup Hasto.

Guru Besar Gerontologi Universitas Respati Indonesia dan Council Member Of Active Ageing Consortium Asia Pacific, Prof. Dr. drg. Tri Budi Wahyuni Rahardjo menyampaikan Program Bangga Kencana kita bisa memasukkan hal yang berkaitan dengan gizi dan perilaku, bisa memasukkan materi mulai dari spiritual untuk memperkuat emosi dan agar memiliki visi yang sehat, bisa bersosialisasi dan didukung dengan lingkungan.

Lansia juga seharusnya mempunyai komunitas sendiri. Selain itu, kita bisa mempersiapkan generasi muda atau milineal untuk bagaimana tetap menghormati orang tua dan bagaimana mereka akan menjadi lansia, hal tersebut bisa dilakukan dengan pendidikan keluarga melalui kurikulum yang dilakukan oleh BKB, BKL, dan BKR bisa memasukkan materi pembelajaran agar generasi muda dapat memberikan dukungan kepada lansia. Karena masih banyak lansia yang membutuhkan pendampingan.

Hasto berharap betul dengan lansia yang masih produktif mudah-mudahan kita bisa mendapatkan bonus demografi yang kedua. Karena jumlah lansia yang besar di Indonesia maka kalau seandainya produktif maka ini bisa memberikan dampak ekonomi yang tidak sedikit.

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali