Jakarta, Gempita.co – Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi besar dalam subsektor perikanan budidaya. Selain memiliki karakteristik daerah yang cocok untuk kegiatan akuakultur, komoditas ikan merupakan salah satu bahan baku maupun menu makanan utama di Sumatera pada umumnya, sehingga memiliki prospek ekonomi potensial yang dapat menyejahterakan pelaku usaha perikanan.
Dalam acara peresmian pasar ikan modern Palembang oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo di Palembang pada Jumat (06/11), total bantuan yang diserahkan kepada pelaku usaha perikanan budidaya di Provinsi Sumatera Selatan mencapai Rp6,83 miliar yang meliputi bantuan seperti benih dan induk ikan, pakan mandiri, paket bantuan minapadi, paket bantuan bioflok serta bantuan sarana dan prasarana budidaya.
“Kunci dari apa yang diproduksi adalah pemasaran, sehingga keberadaan pasar ikan modern turut berperan dalam mendekatkan produk perikanan baik tangkap maupun hasil budidaya kepada masyarakat dalam kondisi segar dan aman,” ungkapnya.
Menteri Edhy juga menyampaikan bahwa kawasan pesisir timur Sumatera Selatan hingga ke Lampung memiliki potensi tambak udang yang tinggi, namun terkendala jauhnya jarak dengan lokasi unit pembenihan.
“KKP sudah menyiapkan rencana pembangunan hatchery di daerah Pulau Maspari yang akan dimulai tahun depan, agar dapat memasok benih udang berkualitas kepada pembudidaya di pesisir timur Sumatera hingga ke Bangka Belitung” ujar Edhy.
Dengan teknologi budidaya udang yang telah semakin canggih dan menjanjikan keuntungan yang berlipat bagi masyarakat, Menteri Edhy menilai bahwa hal ini merupakan jalan keluar yang bersifat terobosan yang harus dibangun.
“Tambak udang merupakan salah satu solusi ekonomi kita, jika diterapkan di masyarakat dapat kita sampaikan bahwa sudah ada lapangan pekerjaan dan kekuatan ekonomi baru yang lahir di Indonesia yaitu di sektor kelautan dan perikanan” imbuh Edhy.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto di kesempatan yang sama mengatakan bahwa pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong peningkatan kapasitas perekonomian di daerah, terutama yang memiliki potensi tinggi seperti di Sumatera Selatan.
Selain itu, guna mendukung program pemulihan ekonomi nasional, KKP juga berusaha secara maksimal untuk menyalurkan sebanyak mungkin program bantuan yang ada.
“Berbagai program bantuan yang disalurkan diharapkan dapat berkontribusi menumbuhkan perikanan budidaya sekaligus kesejahteraan masyarakat. Teknologi dan pengetahuan yang dimiliki oleh KKP harus dapat menjangkau masyarakat luas agar dapat diimplementasikan dan direplikasi sebanyak mungkin agar akuakultur dapat menjadi andalan nasional” jelas Slamet.
Slamet juga menegaskan melalui peningkatan produksi perikanan budidaya, pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan dan kecukupan pangan di masyarakat. “Dengan tercukupinya kebutuhan masyarakat akan pangan turut menjaga stabilitas harga sehingga kesejahteraan yang merata dapat tercapai” pungkas Slamet.
Sementara itu Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Boyun Handoyo mengungkapkan bahwa Provinsi Sumatera Selatan merupakan penerima paket bantuan budidaya ikan air tawar terbanyak di Pulau Sumatera.
Hal ini cukup beralasan karena kabupaten seperti Ogan Komering Ulu Timur, Musi Rawas, Muara Enim merupakan kawasan sentra produksi budidaya ikan air tawar yang turut memasok kebutuhan ikan di pulau Sumatera bahkan hingga ke pulau Jawa untuk komoditas seperti Patin.
”Melihat kesuksesan dari beberapa daerah tersebut menjadi sentra perikanan budidaya turut memacu semangat daerah lain untuk mengikuti jejak keberhasilan mereka, seperti Kota Prabumulih yang bercita-cita untuk mewujudkan daerahnya menjadi kota 1000 bioflok dan kota abon lele.
Hal ini sudah mereka rintis dengan mengirimkan beberapa perwakilan untuk melakukan pelatihan bioflok maupun budikamber di BPBAT Sungai Gelam” lanjut Boyun.
Boyun menambahkan bahwa selain peyaluran bantuan kepada pelaku usaha budidaya, pihaknya juga melakukan pendampingan dan bimbingan teknis secara berkesinambungan untuk pembudidaya dan Unit Pembenihan Rakyat guna memastikan potensi dan produksi yang dihasilkan dapat tercapai secara optimal.
“Kami siap untuk menerima pembudidaya yang ingin menggali ilmu di balai kami ataupun mengirimkan tim teknis terbaik kami untuk terjun langsung ke masyarakat untuk meningkatkan kapabilitas dan keahlian pelaku usaha” tutup Boyun.
Muhaimin, ketua Pokdakan Rawa Maju dari desa Kumbang Padang, Kabupaten Banyuasin sebagai salah satu penerima bantuan budidaya ikan lele sistem bioflok dari KKP menyatakan sangat terbantu dengan adanya bantuan yang diberikan.
Apalagi menurutnya komoditas ikan lele memiliki pasar yang sangat baik di daerahnya karena tingkat produksi yang masih rendah namun banyak dicari oleh masyarakat.
“Sebelumnya kelompok kami telah melakukan usaha budidaya di kolam dengan komoditas ikan patin selama 2 tahun terakhir, namun dengan adanya pandemi Covid-19 menurunkan omzet hasil produksi ikan patin yang kami hasilkan hingga 50%.
Sehingga ketika ada peluang yang diberikan oleh KKP melalui bantuan budidaya ikan lele sistem bioflok, kami tidak segan untuk menerima tantangan ini, terlebih karena adanya permintaan pasar yang cukup besar” kata Muhaimin.
Muhaimin mengaku bahwa diversifikasi komoditas yang dilakukan memberikan semangat baru kepada anggota kelompoknya, sehingga mereka berencana setelah panen perdana yang dijadwalkan untuk dilakukan bulan depan akan disisihkan sebagian keuntungannya untuk membangun kolam tambahan guna memenuhi kebutuhan pasar.
“Apabila dibandingkan dengan sistem konvensional, penggunaan pakan dari budidaya sisem bioflok dapat menekan pemberian pakan hingga 20-25%, sehingga keuntungan yang didapat menjadi lebih besar. Kami juga akan menggali potensi pembuatan pakan mandiri di kelompok kami untuk meningkatkan margin pendapatan” tandas Muhaimin.
Sumber: HUMAS DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA