Jakarta, Gempita.co – Selain piawai sebagai penyiar radio, Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) Mohammad Rohanudin ternyata punya hobi membaca puisi.
Setiap kali berpartisipasi dalam Konser Kebangsaan RRI dalam beberapa tahun terakhir, pria 63 tahun ini rutin berpentas di belasan kota.
Kali ini, saat mentas di Jakarta, pada Malam Apresiasi Puisi bertepatan dengan perayaan HUT ke 75 RI misalnya, ia membacakan puisi berjudul “Kemerdekaan Corona dan Korupsi”.
“Jangan berkedip
Majukan bola mata kita kencang kencang kedepan
Letakkan dua jari mengapit kelopak mata
Jatuhkan ke Bumi …”
Begitu M Rohanudin mengawali puisinya berkolaborasi dengan Lena Guslina yang bergerak melipat tubuh dengan lambat cepat menyingkap menari sambil membawa dua topeng berwana merah dan putih. Topeng-topeng itu dipegang Lena masing masinng dengan dua tangannya.
“Bagai berbalas pantun
kabar datang merah jadi biru
hijau jadi gelap
hasil laboratorium jatuh ke parit semua bungkap tak gemetar apalagi kata kata minta maaf”
Sebait puisi M Rohanudin tadi langsung disambut berbait-bait sajak Lena, koreografer muda terkemuka asal Bandung yang malam itu tidak sekedar menari memerankan topeng topeng tapi sedang menaburkan deras bagi mereka yang hidup di rongga kemiskinan.
“Bagi kelaparan yang tergelar dibibir bibir kemewahan” sambung Lena yang sudah tiga tahun terakhir kerap menarikan koreografi
kemanusiaan itu.”
Kolaborasi keduanya nampak apik dan maksimal dalam memotret kondisi bangsa Indonesia saat ini yang tengah dilanda pandemi Corona dan korupsi yang menurut Ketua KPK Firli Bahuri yang juga mementaskan sajaknya sebagai kejahatan yang melawan kemanusiaan.
“Banyak negara gagal dalam mewujudkan tujuannya karena terjadinya korupsi. Kalau demikian mari kita bersama sama memberantas korupsi. Korupsi juga termasuk kejahatan yang melawan kemanusiaan ‘coruption is a crime against humanity”, ujar Firli yang malam itu membacakan puisi ciptaannya berjudul: “Membangun Martabat Bangsa”.
Malam Apresiasi Puisi
Malam Apresiasi Puisi digelar di Auditorium Abdurahman Saleh Gedung RRI, Jalan Merdeka Barat 4 -5 Jakarta Pusat pada Senin (17/8),
Mengambil tema “Indonesia Merdeka Virus Covid dan Korupsi”, penyair Zawawi Imron dan sastrawan Acep Zamzam Noor juga ikut membacakan puisi.
Sejumlah tokoh juga ikut memeriahkan pagelaran yang digelar dalam rangka memperingati dirgahayu kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia itu.
Ketua Komisi 1 DPR RI Meutya Hafid juga menunjukkan kepiawaiannya selain dikenal masyarakat sebagai jurnalis yang sekarang menjadi politisi itu dengan membacakan puisi karya M Rohanudin berjudul: “Indonesia adalah Saraswati”.
Dalam acara yang disiarkan langsung oleh jaringan siaran RRI itu, M Rohanudin, Direktur Utama RRI yang lama keranjingan dengan puisi itu juga berkesempatan meluncurkan buku Sehimpun puisi berjudul “Bicaralah yang Baik Baik”.
Radio dan Syair
M Rohanudin lahir 19 September 1957 di Desa Kertaseda 5 kilometer (Km) dari ujung timur pulau Madura. Dia merintis perkawinan syair dan penyiaran sejak di bangku SMA, tatkala menjadi penyiar radio “Double One”. Radio dan syair adalah bagian kehidupannya.
Lebih dari separuh hidupnya didedikasikan untuk dunia broadcasting karena dia tumbuh dari keluarga besar radio dan dididik oleh kakak kandungnya sendiri Mohammad Ikrak maestro broadcaster lewat beberapa radio swasta yang dimilikinya di Madura.
Puisi-puisi pembauran sastra dengan radio M. Rohanudin “Bicaralah Yang Baik-baik” diekspresikan di Konser Kebangsaan RRI di lapangan Monas Jakarta. Sementara “Robek-robeklah Dadaku” dipersembahkan Konser Kebangsaan RRI di Pontianak.
Di tengah pandemi corona, M. Rohanudin tidak lelah untuk menciptakan sajak-sajak yang indah. Dan puisi “Kemerdekaan Corona dan Korupsi” ada dalam buku “Bicaralah yang baik-baik saja” karyanya