Jakarta, Gempita.co – Tinjauan secara periodik terhadap status potensi stok sangat diperlukan, agar monitoring terhadap tingkat pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ikan dapat dilakukan dengan baik dan teruji secara saintifik. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), melakukan survey eksplorasi laut pengkajian stok ikan, 26 September sampai 21 Oktober 2020, di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571, Selat Malaka.
Kegiatan ini dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Laut (BRPL), Cibinong, Bogor, dibawah supervisi Pusat Riset Perikanan. Eksplorasi ini difokuskan pada survey perikanan dengan metode hidro-akustik yang dipadukan dengan luas sapuan (trawl) dan oseanografi (fisika, kimia dan biologi), sehingga dapat menyediakan basis data untuk merumuskan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
Survey tersebut menggunakan Kapal Riset (KR) Bawal Putih III milik KKP. Peralatan yang digunakan antara lain hidro-akustik SIMRAD EK60, jaring trawl, bongo net, plankton net, ADCP, dan CTD. Pelaksana penelitian berasal dari peneliti BRPL dan Institut Pertanian Bogor (IPB) serta kru KR Bawal Putih III. Bunker dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di Belawan (Medan) dan Banda Aceh, sebelum melanjutkan survey di perairan WPP 572, yaitu Samudera Hindia Barat Sumatera.
Apresiasi
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengapresiasi upaya-upaya yang sudah dilakukan BRPL. Ia mengatakan, Satuan-satuan Kerja BRSDM, termasuk BRPL, harus dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat luas.
“Manusia diberikan kecerdasan intelektual yang luar biasa. Apa yang sudah diberikan Tuhan, wajib kita pelajari dan kembangkan untuk kemaslahatan kita bersama. Kita sama-sama kerja keras bagaimana mengelola ciptaan Tuhan,” tambah Sjarief.
Sementara Kepala BRPL Erfind Nurdin mengatakan, kegiatan tersebut telah membuahkan hasil yang baik. “Hasil kajian hidro-akustik dan osenaografi pada kegiatan tersebut telah dilakukan dan menghasilkan coverage sepanjang 2711,7 nm yang setara luas cakupan, dengan DC (Degree of Coverage) sebesar 7,17, dimana dalam teorinya DC yang lebih besar dari 4 sudah dinyatakan baik, yang terdiri dari 55 stasiun oseanografi dan 25 stasiun trawl,” ujarnya.
Pada setiap stasiun oseanografi, lanjut Erfind, dilakukan pengukuran parameter fisika-kimia oseanografi (arus, suhu, salinitas, oksigen terlarut, derajat keasaman), biologi oseanografi (fitoplankton, zooplankton, larva, substrat, dan benthos). Data tersebut selanjutnya akan dianalisa dan diolah untuk mengetahui kondisi habitat sumber daya.
Sementara itu, hasil kajian larva ikan menunjukkan bahwa terdapat 41 famili larva ikan yang (sementara) berhasil diidentifikasi. Famili yang mendominasi antara lain clupeidae (sarden), scianidae (gulamah), scaridae (kakatua), mullidae (kuniran), dan nemipteridae (kurisi). Clupeidae dominan di perairan Karimun sampai Bengkalis, Scianidae dominan di perairan Panipahan sampai Tanjung Balai Asahan, Scaridae dominan di perairan Belawan sampai Tanjungpura, Mullidae dominan di perairan Peurlak sampai Idi Rayeuk dan Nemipteridae dominan di perairan Bireun sampai Pulau Weh.
Disamping akustik dan osenaografi juga dilakukan kajian sumber daya ikan dengan menggunakan alat tangkap trawl. Di perairan WPP 571 dilakukan 25 kali penarikan jaring trawl dengan 2 trawl yang tidak sukses dikarenakan jaring sobek.
Jaring trawl yang digunakan memiliki dimensi tali ris atas (HR) = 36 m; tali ris bawah (GR) = 40 m, badan jaring terbuat dari PE dg ukuran mata jaring 1,5 – 4 inchi, panjang kantong 6 m dilengkapi dengan otterboard dengan dimensi panjang 250 cm, lebar 130 cm, tebal 5 cm dengan bobot 300 kg.
Durasi penarikan jaring trawl berkisar antara 30 menit sampai 1 jam dengan luas sapuan rata-rata 103 m2. Operasional trawl dilakukan pagi sampai sore hari. Hasil tangkapan dicatat, ditimbang, diidentifikasi dan diukur untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan dan struktur ukuran.
Disampaikan Ketua Tim Peneliti di WPP 571, Duranta Kembaren bahwa komposisi hasil tangkapan trawl didominasi oleh sumber daya ikan demersal sebanyak 67%, pari 14%, udang 7%, pelagis 6%, cephalopoda (cumi dan sotong) 4%, kepiting 1%, hiu 1%, lobster 0,1%, xiphosura (belangkas) 0,1% serta lain-lain (gastropoda) 0,5% dari keseluruhan hasil tangkapan sebesar 2,4 ton.
Komposisi famili sumber daya ikan demersal didominasi oleh famili Leiognathidae (petek), Scianidae (gulamah), Gerreidae (kapasan), Mullidae (kuniran), Haemulidae (gerot-gerot), Synodontidae (beloso), Nemipteridae (kurisi), Ariidae (manyung), Tetraodontidae (buntal) dan Sphyraenidae (barakuda). Komposisi spesies sumber daya ikan demersal didominasi oleh Photopectooralis bindus (petek), Pentaprion longimanus (kapasan), Pennahia macrocephalus (gulamah), Arius maculatus (manyung), Pomadasys maculatus (gerot-gerot), Lagocephalus inermis (buntal), Saurida microptectoralis & S.undosquamis (beloso), serta Pomadasys kaakan (gerot-gerot).
Kelimpahan sumber daya ikan demersal berkisar antara 146,9–4.737 4 kg/km2, dengan kelimpahan rata-rata 1.590,3±1.069,9 kg/km2. Kelimpahan tertinggi di perairan bagian timur dan utara Bagan Siapiapi.
Komposisi
Komposisi famili sumber daya ikan pari didominasi oleh family Dasyiatidae (stingray) dan Rhyncobatidae (guitarfish). Komposisi spesies pari didominasi oleh jenis Rhyncobatus laevis (giant guitarfish), Urogymus labistomata, Brevitrygon imbricata (Bengal whipray), Pastinachus solocirostris (roughnose stingray).
Kelimpahan sumber daya pari berkisar antara 1,6 – 1.456,7 kg/km2, dengan limpahan rata-rata 336,3±448,9 kg/km2. Kelimpahan tertinggi di perairan bagian utara Pulau Rangsang, P. Bengkalis, P. Rupat.
Komposisi famili sumber daya udang didominasi oleh family Penaeidae (udang penaeid) dan Squilla (udang mantis). Komposisi spesies udang didominasi oleh jenis Parapenaeopsis hardwickii (udang krosok), Metapenaeus ensis (udang dogol), Parapenaeopsisi scluptilis (udang ket/loreng), dan Harphiosquilla raphidae (udang cakrek/mantis).
Kelimpahan sumber daya udang berkisar antara 4,2 – 1.818,2 kg/km2, dengan kelimpahan rata-rata 216 9±454,6 kg. Kelimpahan tertinggi di perairan bagian utara dan barat Bagan Siapiapi.
Komposisi famili sumber daya ikan pelagis didominasi oleh famili Engraulidae (teri) dan Clupeidae (sarden). Komposisi spesies ikan pelagis didominasi oleh jenis Ilisha elongate (ikan puput), Setipinna taty (teri bersisik), dan Ilisha melastoma (Indian ilisha).
Kelimpahan sumber daya ikan pelagis berkisar antara 5,1 – 1.106,2 kg/km2, dengan kelimpahan rata-rata 163,7±293,7 kg. Kelimpahan tertinggi di perairan bagian utara Pulau Rangsang dan timur Langsa.
Komposisi famili sumber daya cephalopoda didominasi oleh famili Loliginidae (cumi) dan Sepiidae (sotong). Komposisi spesies cephalopoda didominasi oleh jenis Photololigo duvauceli, Niponololigo sumatraensis dan Photololigo edulis (cumi-cumi).
Kelimpahan sumber daya ikan cephalopoda berkisar antara 0 6 – 234 3 kg/km2, dengan kelimpahan rata-rata 91,1±77,7 kg/km2. Kelimpahan tertinggi di perairan bagian timur Langsa dan barat-utara Idi Rayeuk.
Survey eksplorasi pengkajian stok di perairan WPP 571 ini berakhir di Banda Aceh dan selanjutnya akan dianalisa lebih lanjut hasil-hasil perekaman hidro-akustik serta osenografi untuk mengetahui potensi sumber daya ikan dan kondisi habitat sumber daya di perairan ini.
Berikutnya, survey ekplorasi pengkajian stok ikan akan dilanjutkan ke perairan WPP 572 di Samudera Hindia Barat Sumatera, dengan rencana durasi selama 40 hari yang akan melakukan pendataan di 43 stasiun oseanografi dan 19 stasiun trawl. Kapal berangkat dari Banda Aceh pada tanggal 24 Oktober dan tiba kembali di Jakarta pada tanggal 6 Desember 2020. Tim peneliti dipimpin oleh Tegoeh Noegroho.