Nadiem: Kita Tak Punya Opsi, Harus Sekolah Tatap Muka di Tengah Pandemi, banyak anak Alami KDRT selama belajar di rumah.

Sekolah SMA, SMP, SMP dan sederajat di wilayah zona hijau yang telah memasuki masa transisi, paling cepat memulai kembali pembelajaran tatap muka pada Juli 2020/Foto: dok.kemendikbud.go.id

Gempita.co- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan pembelajaran tatap muka tak perlu menunggu hingga vaksinasi seluruh siswa rampung.

Pasalnya, lanjut Nadiem, vaksinasi seluruh siswa sendiri memerlukan waktu hingga 2,5 tahun. Menurutnya hal tersebut tidak bisa dilakukan karena para siswa akan semakin ketinggalan pembelajaran atau mengalami learning loss.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Itu enggak bakal bisa kita kejar ketertinggalannya. Kita tidak punya opsi, kita harus sekolah dalam kondisi virus ini. Itu adalah realitanya,” kata Nadiem dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/8).

Selain learning loss, Nadiem juga mengatakan banyak siswa yang mengalami tekanan psikologis selama pembelajaran jarak jauh. Hal ini terjadi karena harus belajar dalam kondisi yang berbeda.

Ia juga menyinggung soal banyaknya anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama belajar di rumah.

Dalam kesempatan tersebut, Nadiem mengungkapkan sebelumnya sebanyak 30 persen sekolah sudah mulai dibuka sejak awal tahun. Namun, seluruh sekolah itu harus kembali ditutup dan kembali ke pembelajaran jarak jauh saat varian Delta merebak.

Naddiem mengatakan, saat ini ada sekitar 63 persen dari 540.979 sekolah yang sudah diperbolehkan kembali menggelar PTM. Namun, baru 26 persen sekolah yang melakukan PTM.

“Ini sudah terlalu lama kondisi psikologis anak kita dan kognitif learning loss anak kita sudah terlalu kritis, kita harus secepat mungkin membuka dengan protokol kesehatan yang ketat,” kata Nadiem.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali