NASA Melacak Kenaikan Permukaan Laut Dunia

Lautan memotong gletser es menjadi sebuah potongan es yang mengambang di wilayah Antartika Barat. Wilayah ini merupakan sektor paling rentan di Benua Antartika - Foto: Istimewa

Gempita.co – Fenomena naiknya permukaan laut global dan dikhawatirkan akan mengakibatkan banyak wilayah pesisir terendam, diungkap hasil riset terbaru.

Hal ini mendorong badan antariksa Amerika Serikat NASA dan Eropa ISS menerbangkan satelit baru untuk melacak kenaikan permukaan laut dunia pada Sabtu (21/11/2020) lalu.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Sentinel-6 Michael Freilich, mengambil nama seorang mantan eksekutif NASA, akan lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California, menggunakan roket SpaceX Falcon 9.

Satelit ini akan mengukur tinggi permukaan laut, tinggi gelombang dan kecepatan angin, menggunakan teknik radar.

Piranti paling kuat yang ada dalam satelit ini, radar altimeter Poseidon-4, diambil dari nama dewa laut Yunani yang memegang trisula. Instrumen ini akan mengukur berapa lama sinyal radar memantul dari permukaan laut dan kembali ke satelit.

Sebuah studi terbaru menyebut adanya pencarian lapisan es yang meningkat di Greenland dan Antartika.

Studi yang dipublikasikan di Nature Climate Change, membandingkan hasil neraca massa lapisan es dari pengamatan satelit dengan proyeksi dari model iklim.

Dimulai pada awal 1990-an, Greenland dan Antartika kehilangan 6,4 triliun ton es antara 1992 dan 2017. Kejadian ini mendorong permukaan laut global naik 17,8 milimeter.

Jika laju ini terus berlanjut, lapisan es diperkirakan akan menaikkan permukaan laut lebih jauh 17 cm dan mengakibatkan akan lebih banyak kawasan pesisir terendam.

Penulis utama studi dan peneliti iklim di Center for Polar Observation and Modeling di University of Leeds, Tom Slater, mengatakan, satelit adalah satu-satunya cara mereka untuk memantau secara rutin area yang luas dan terpencil ini.

Jadi satelit sangat penting dalam memberikan pengukuran yang dapat kita gunakan untuk memvalidasi model lapisan es.

“Pengamatan satelit tidak hanya memberi tahu kami seberapa banyak es yang hilang, tetapi juga membantu kami mengidentifikasi dan memahami bagian Antartika dan Greenland bagian mana yang kehilangan es dan melalui proses apa – keduanya merupakan kunci dalam membantu kami meningkatkan model lapisan es,” ujarnya dikutip dari laman resmi Badan Antariksa Eropa (ESA).

Marcus Engdahl dari ESA menambahkan, pengamatan satelit menunjukkan bahwa lapisan es bereaksi sangat cepat terhadap perubahan lingkungan.

“Sangat penting bagi para ilmuwan untuk memiliki akses ke data dari misi satelit masa depan yang dapat mengamati daerah kutub, misalnya, misi kandidat Copernicus prioritas tinggi berikutnya CRISTAL, ROSE-L dan CIMR,” jelasnya.

Sumber: ATN/AsiaToday

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali