Netanyahu Ancam Kerahkan Massa, Politik Israel Diambang Kebuntuan

Yerusalem Gempita.co – Kurang dari dua minggu lagi penyelenggaraan pemilu parlemen di wilayah pendudukan yang keempat dalam dua tahun terakhir, akan dilaksanakan.

Pemimpin rezim Zionis Israel baru-baru ini memperingatkan dampak kebuntuan politik di Israel, pada saat yang sama tersiar kabar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengerahkan massa pendukungnya untuk mempertahankan posisi, mirip seperti yang dilakukan Donald Trump di Amerika Serikat saat menyerang Kongres.

Bacaan Lainnya

Rencananya pemilu parlemen keempat Israel akan diselenggarakan pada 23 Maret 2021 di dalam wilayah pendudukan. Sementara untuk Zionis di luar negeri dimulai hari ini, 10 Maret 2021 dan berlangsung selama dua hari.

Stasiun televisi Israel, KAN 11 melaporkan, pemilu parlemen Israel di luar ngeri digelar di 104 tempat pemungutan suara yang tersebar di 100 negara dunia termasuk Uni Emirat Arab, Maroko dan Bahrain.

Ini adalah pemilu parlemen Israel yang ke-4 dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan undang-undang dasar Israel, partai politik yang berhasil menguasai mayoritas kursi parlemen secara mutlak yaitu 61 kursi dari 120 kursi yang diperebutkan, dapat mengusulkan nama perdana menteri.

Pada tiga pemilu sebelumnya, tidak ada satu partai politik pun yang berhasil meraih mayoritas kursi parlemen dan setelah pemilu ketiga, Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz, dua rival utama kontestasi ini, bersama-sama membentuk kabinet periodik yang hanya berusia enam bulan, lalu bubar.

Masalah penting yang perlu diperhatikan adalah Netanyahu bermaksud memberikan bantuan dana kepada para pengusaha Israel dalam bentuk paket ekonomi khusus dengan dalih wabah virus Corona, namun ditentang oleh Jaksa Agung Israel, Avichai Mandelblit yang menyebut langkah Netanyahu itu sebagai pengkhianatan.

Pada kenyataannya, Jaksa Agung Israel meyakini bahwa Netanyahu akan menyalahgunakan program bantuan ekonomi ini untuk memuluskan agenda pemilunya.

Menanggapi penentangan Jaksa Agung Israel, Netanyahu mengajak para pebisnis dan pengusaha untuk turun ke jalan menggelar protes di depan gedung Kejaksaan Agung Israel. Sejumlah pengamat politik dan media Israel menganggap langkah Netanyahu itu mirip dengan aksi Trump saat memprovokasi pendukungnya untuk menyerang Kongres.

Salah satu situs berbahasa Ibrani menulis, ajakan Netanyahu ini mengingatkan kita tentang pengepungan Capitol Hill oleh demonstran di Washington.

Dari satu sisi, langkah Netanyahu menunjukkan kekhawatiran PM Israel itu atas posisinya yang semakin kencang digoyang menjelang pemilu, di sisi lain hal ini mengindikasikan upaya Netanyahu untuk menekan lembaga kehakiman Israel agar mengakhiri penanganan kasus korupsi yang menjerat dirinya.

Poin penting lain adalah, pemilu parlemen keempat Israel akan diselenggarakan di tengah berlanjutnya kemungkinan kebuntuan politik yang diduga memicu kekhawatiran di wilayah pendudukan.

Pemimpin Israel Reuven Rivlin pada 9 Maret 2021 dalam konferensi yang dihadiri jajaran komandan dinas intelijen militer Israel mengatakan, krisis politik yang terus berlangsung ini mengancam segala bentuk kepercayaan yang tersisa di tengah masyarakat atas instansi pemerintah dan sistem demokrasi.

Meski demikian, sampai sekarang masih belum terlihat tanda-tanda salah satu partai politik Israel akan menguasai suara mayoritas parlemen pada pemilu mendatang, bahkan di dalam kubu sayap kanan yang dipimpin Netanyahu sendiri, tercipta perpecahan yang cukup lebar.

Sementara kondisi Benny Gantz, Menteri Peperangan Israel yang juga ketua Aliansi Biru-Putih juga tidak bisa dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, ia tidak terlalu berpeluang untuk menang dalam pemilu mendatang.

Sumber: parstoday

Pos terkait