Ngeri…Sambil Menampar Presiden Prancis, Pelaku Berteriak ‘Ganyang Macronia’

Paris, Gempita.co – Kepolisian Prancis menangkap dua orang setelah kejadian Presiden Emmanuel Macron ditampar. Insiden itu terjadi ketika Macron sedang dalam kunjungan kerja ke wilayah Drome di tenggara Prancis.

Polisi langsung menangkap pria yang menampar wajah Presiden Prancis Emmanuel Macron di tengah kerumunan warga di wilayah Drome.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Dalam video yang beredar di media sosial, seorang pria berbaju hijau mengenakan kacamata dan masker berteriak “Ganyang Macronia,” sebelum menampar Macron.

Kronologi insiden penamparan

Insiden penamparan itu terjadi ketika Macron sedang mengunjungi wilayah tenggara Prancis untuk bertemu dengan pemilik restoran dan siswa, berbicara tentang kehidupan yang mulai berangsur normal setelah pandemi COVID-19 mereda.

Macron terlihat berjalan menuju kerumunan dan mengulurkan tangannya untuk menyapa orang, yang kemudian menamparnya.

Ketika insiden itu terjadi, identitas dan motif pelaku tidak diketahui secara jelas. Dia meneriakkan “Montjoie Saint Denis” – teriakan perang tentara Prancis saat masih berbentuk monarki.

Rombongan keamanan presiden dengan cepat menangani pelaku dan membawa Macron ke tempat yang lebih aman.

Macron tampak tidak terpengaruh oleh insiden itu dan mengatakan kepada surat kabar regional La Dauphine Libere bahwa “semuanya baik-baik saja.”

“Kita tidak boleh membiarkan tindakan terisolasi, individu ultra-kekerasan, seperti yang juga terjadi dalam protes dan mendominasi debat publik: mereka tidak pantas mendapatkannya,” katanya.

Macron mengatakan dia tidak memiliki kekhawatiran khusus setelah serangan itu dan akan terus menemui warga. “Saya menyapa orang-orang yang berada di sekitar pria itu dan berfoto dengan mereka. Saya melanjutkan dan akan terus melakukannya. Tidak ada yang akan menghentikan saya,” katanya.

Penghinaan terhadap demokrasi

“Pria yang mencoba menampar presiden saat ini sedang diinterogasi oleh gendarmerie,” kata sebuah pernyataan dari prefektur regional. “Sekitar pukul 13:15 waktu setempat, presiden kembali ke mobilnya setelah mengunjungi sekolah di Drome. Dia pergi menemui mereka dan di sanalah insiden itu terjadi.”

Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengutuk insiden itu sebagai “penghinaan terhadap demokrasi.”

“Politik tidak pernah bisa menjadi kekerasan, agresi verbal, apalagi agresi fisik,” tegas Castex.

Mengunjungi warga secara langsung

Insiden itu merupakan pelanggaran keamanan serius dan menghantui perjalanan Macron yang dirancang untuk menarik perhatian publik. Sekitar belasan pemberhentian telah direncanakan selama dua bulan ke depan, lantaran Macron ingin bertemu dengan para pendukungnya secara langsung.

Tepat sebelum insiden ditampar, Macron diminta untuk mengomentari pernyataan dari pemimpin sayap kiri Jean-Luc Melenchon terkait potensi manipulasi pemilihan umum tahun depan.

“Kehidupan demokrasi membutuhkan ketenangan dan rasa hormat, dari semua orang, politisi, serta warga negara,” kata Macron.

Pada Juli tahun lalu, presiden berusia 43 tahun dan istrinya Brigitte juga pernah dilecehkan secara verbal oleh pengunjuk rasa saat mereka berjalan-jalan melalui taman Tuileries di pusat kota Paris.

(DW.com/AFP, Reuters)

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali