Ukrania, Gempita.co-Rusia menggunakan persenjataan jarak jauhnya untuk membombardir lagi beberapa wilayah Ukraina pada Jumat (31/3). Serangan itu menewaskan sedikitnya dua warga sipil dan merusak rumah-rumah penduduk, saat warga Ukraina memperingati setahun pembebasan kota Bucha, dari pendudukan brutal oleh pasukan Rusia.
Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa Bucha, sebuah kota dekat Kyiv, berdiri sebagai simbol kekejaman yang telah dilakukan militer Rusia sejak invasi besar-besaran ke Ukraina dimulai pada Februari 2022.
“Kami tidak akan melupakannya,” kata Zelenskyy dalam upacara formal di Bucha, bersumpah akan menghukum mereka yang melakukan pelanggaran di kota itu.
“Martabat manusia tidak akan dilupakan. Di jalan-jalan Bucha, dunia telah melihat kejahatan Rusia. Kejahatan (Rusia) telah terbuka kedoknya.”
Pada saat yang sama dengan peringatan pembebasan Bucha, presiden Belarus yang bersekutu dengan Kremlin meningkatkan pertaruhan dalam perang 13 bulan ini ketika Lukashenko mengatakan bahwa senjata nuklir strategis Rusia mungkin dikerahkan di negaranya, bersama dengan bagian dari persenjataan nuklir taktis Moskow lainnya.
Moskow mengatakan awal pekan ini pihaknya berencana untuk menempatkan senjata nuklir taktis di negara tetangga Belarus yang relatif jarak pendek dan hasil rendah. Senjata nuklir strategis seperti hulu ledak rudal akan membawa ancaman yang lebih besar.
Zelenskyy mencurahkan perhatiannya pada upacara resmi di Bucha, di mana Presiden Republik Moldova dan Perdana Menteri Kroasia, Slovakia, dan Slovenia bergabung dengannya.
Pasukan Kremlin menduduki Bucha beberapa minggu setelah mereka menginvasi Ukraina dan bertahan selama sekitar satu bulan. Ketika pasukan Ukraina merebut kembali kota itu, mereka menghadapi pemandangan yang mengerikan: mayat-mayat para wanita, pria muda dan tua, dengan pakaian sipil, tergeletak di sepanjang jalan tempat mereka jatuh atau di pekarangan dan rumah mereka.
Mayat-mayat lain ditemukan di kuburan massal. Selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan, ratusan mayat ditemukan, termasuk beberapa anak.
Tentara Rusia pada percakapan telepon yang disadap menyebut hal itu sebagai “zachistka” (pembersihan), menurut penyelidikan oleh kantor berita The Associated Press dan serial PBS “Frontline.”
Kekejaman terorganisasi seperti itu — yang juga digunakan oleh pasukan Rusia dalam konflik masa lalu, terutama di Chechnya — kemudian diulangi di wilayah yang diduduki Rusia di seluruh Ukraina.
Zelenskyy membagikan medali kepada para tentara, polisi, dokter, guru, dan layanan darurat di Bucha, serta kepada keluarga dua tentara yang tewas selama mempertahankan wilayah Kyiv.
“Rakyat Ukraina, Anda telah menghentikan kekuatan anti-manusia terbesar di zaman kita,” katanya. “Kalian telah menghentikan kekuatan yang tidak memiliki rasa hormat dan ingin menghancurkan segala sesuatu yang memberi arti bagi kehidupan manusia.”
Lebih dari 1.400 kematian warga sipil, termasuk 37 anak-anak, didokumentasikan oleh otoritas Ukraina, kata Zelenskyy.
Lebih dari 175 orang ditemukan di kuburan massal dan dugaan ruang penyiksaan, menurut Zelenskyy. Ukraina dan negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS), telah menuntut agar Rusia bertanggung jawab atas kejahatan perang.
Jaksa Agung Andriy Kostin, Jumat (31/3), menuduh banyak warga sipil yang tewas disiksa. Hampir 100 tentara Rusia diduga melakukan kejahatan perang, katanya di saluran Telegramnya, dan dakwaan telah dikeluarkan untuk 35 orang di antaranya.
Dua prajurit Rusia telah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara oleh pengadilan Ukraina karena perampasan kebebasan warga sipil secara ilegal dan penjarahan.
“Saya yakin bahwa semua kejahatan ini bukanlah suatu kebetulan. Ini adalah bagian dari strategi terencana Rusia yang ditujukan untuk menghancurkan Ukraina sebagai sebuah negara dan Ukraina sebagai sebuah bangsa,” kata Kostin.
Di Jenewa, kepala hak asasi manusia PBB mengatakan kantornya sejauh ini memverifikasi kematian lebih dari 8.400 warga sipil di Ukraina sejak invasi Rusia – jumlah yang diyakini jauh dari jumlah sebenarnya.
Volker Türk mengatakan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB bahwa “pelanggaran berat hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan internasional telah menjadi rutinitas yang mengejutkan” di tengah invasi Rusia.
Selain membuat pengumuman tentang kemungkinan memiliki senjata nuklir strategis Rusia di tanah negaranya, Presiden Belarus juga tiba-tiba menyerukan gencatan senjata di Ukraina tanpa membuat referensi tentang bagaimana kedua perkembangan tersebut dapat dihubungkan.
Gencatan senjata, kata Lukashenko dalam pidato kenegaraannya di Minsk pada Jumat, harus diumumkan tanpa prasyarat apa pun dan semua pergerakan pasukan dan senjata harus dihentikan.
“Ini perlu dihentikan sekarang sampai eskalasi dimulai,” kata Lukashenko, menambahkan bahwa serangan balasan Ukraina yang diantisipasi menggunakan senjata yang dipasok Barat justru akan makin membawa “eskalasi konflik yang tidak dapat dibalikkan (dihentikan).”
Namun juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjawab bahwa pasukan Rusia harus terus berperang, mengklaim bahwa Ukraina telah menolak setiap pembicaraan damai di bawah tekanan dari sekutu Baratnya.
Peskov juga menolak pernyataan Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban tentang Uni Eropa yang mempertimbangkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina sebagai “sangat berbahaya.”
Rusia telah mempertahankan pengebomannya terhadap Ukraina dengan perang yang sudah memasuki tahun kedua.
Warga setempat berusaha mengumpulkan barang-barang mereka dari gedung yang hancur akibat serangan Rusia di distrik Zaporizhzhia, Ukraina, Jumat 31 Maret 2023.
Selain menewaskan sedikitnya dua warga sipil di Ukraina, 14 warga sipil lainnya terluka pada Jumat (31/3) pagi saat pasukan Rusia meluncurkan rudal, peluru, drone yang meledak, dan bom luncur, kata kantor kepresidenan Ukraina.
Dua rudal Rusia menghantam kota Kramatorsk di wilayah timur Donetsk, merusak delapan bangunan permukiman. Di seluruh wilayah Donetsk, satu warga sipil tewas dan lima lainnya luka-luka akibat serangan itu, kata kantor tersebut.
Sembilan rudal Rusia menghantam Kharkiv, merusak bangunan tempat tinggal, jalan, pom bensin, dan penjara. Rusia juga menggunakan drone yang meledak untuk menyerang wilayah Kharkiv.
Pasukan Rusia juga menembaki kota selatan Kherson, menewaskan satu oranng warga dan melukai dua lainnya. Desa Lviv di wilayah Kherson dilanda bom meluncur yang merusak sekitar 10 rumah.
Rentetan serangan Rusia juga melanda kota Zaporizhzhia, dan pinggirannya, menyebabkan kebakaran besar.
Sumber: Voa Indonesia