Jakarta, Gempita.co – Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengemukakan bahwa dari 407 gedung bioskop yang tersebar di Tanah Air, hanya 55 persen yang beroperasi.
Meski belum diiringi dengan kenaikan omzet signifikan, angka tersebut lebih baik dibandingkan dengan kondisi dua bulan lalu.
“Omzet harian yang diraup maksimal 10 persen sampai 15 persen dari nilai normal,” kata Djonny seperti dikutip Tempo.co, kemarin.
Jika omzet penjualan yang diraup pada akhir pekan mencapai Rp 20 juta dalam sehari normal, pelaku usaha kini harus berpuas hati memperoleh Rp 2 juta. Dia mengatakan minimnya penonton lantaran pasokan film populer yang terbatas.
“Kami lihat faktornya karena ketiadaan film yang menarik. Saat ini sudah ada judul-judul film produksi Hollywood yang masuk, akan tetapi belum mengerek penjualan tiket dengan maksimal,” lanjutnya.
Kondisi ini diperburuk dengan besarnya beban operasional di tengah ketiadaan stimulus. Djonny mengatakan pelaku usaha bioskop sejauh ini belum menikmati keringanan beban listrik yang bisa menyedot sampai 60 persen beban usaha.
“Kami harap pemerintah bisa memberi dukungan soal ini, termasuk penyeragaman pajak yang sejauh ini berbeda-beda di setiap daerah,” katanya.
Menurutnya, pengusaha bioskop tidak menyiapkan strategi khusus dalam menjalankan bisnis di tengah pandemi yang masih berlanjut pada 2021. Dia hanya mengharapkan pemerintah daerah bersikap konsisten menyangkut izin operasional.
Menurutnya, protokol kesehatan telah dijalankan para pelaku usaha dan kapasitas maksimal 50 persen pun dijalankan.
“Jika dibandingkan dengan transportasi yang kapasitasnya bisa sampai 75 persen, kami di bioskop risiko [penularan Covid-19] bisa dikatakan tidak lebih tinggi karena dari segi infrastruktur lebih besar,” ujarnya.
Dia mengatakan setidaknya 75 persen bioskop di Tanah Air harus buka agar pasokan film bisa lebih beragam, terutama film nasional. Selain itu, kehadiran judul-judul besar pada 2021 ini diharapkan dapat kembali menggairahkan bisnis.