Pakar Nilai Jika Gelombang Kedua Covid-19 Terjadi di Indonesia Bukan Karena Mutasi Baru, ini alasannya? 

Papan nisan kuburan bertulisan "Corona Bin Covid" di Taman Jatinegara Barat, Jakarta Timur untuk mengingatkan bahaya Covid-19/net

 

JAKARTA, Gempita.co-Dosen Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata Semarang, Sugeng Ibrahim mengatakan, potensi terjadinya gelombang kedua Covid-19 di Indonesia tidak berhubungan langsung dengan adanya mutasi baru virus corona.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan justru menjadi faktor utama potensi kondisi tersebut.

“(gelombang kedua) itu tidak berhubungan langsung dengan mutasi virus. Tapi hubungannya adalah dengan tingkat kepatuhan. Apapun mutasinya, virus ini hanya berukuran 20 nanometer,” ujar Sugeng dalam talkshow daring bertajuk “Varian Baru Covid-19” yang digelar Sabtu (22/5/2021).

Dia kemudian mencontohkan, di China hanya ada satu varian virus corona. Namun, penularan tetap tinggi hingga menyebabkan risiko kematian tinggi pada anak-anak.

Oleh karenanya, Sugeng menyarankan sejumlah protokol kesehatan dasar harus terus diterapkan semua pihak.

Terima kasih telah membaca Kompas.com.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.

Pertama, memakai masker dengan baik dan benar serta berkualitas.

“Rekomendasinya sederhana, maskernya minimal masker medis atau kain yang memiliki dua lapis,” tutur Sugeng.

Untuk masker K95 direkomendasikan bagi masyarakat yang rentan tertular atau menjalankan profesi yang berhubungan dengan crowd management.

Selain itu, kepatuhan menjaga jarak saat berada di tempat ramai dan mencuci tangan dengan rutin juga perlu dilakukan terus-menerus.

Kedua, mempercepat vaksinasi Covid-19 hingga tuntas.

“Jadi apapun (strategi vaksinasi) yang dilakukan pemerintah harus cepat, distribusi cepat, ” tegasnya.

Ketiga, pengawasan terhadap distribusi vaksin dan alat kesehatan harus dilakukan dengan benar.

Sugeng menyinggung praktik jual beli vaksin Sinovac di Sumatera Utara oleh oknum dokter dan ASN yang meresahkan masyarakat.

Dirinya menyayangkan praktik tersebut.

“Ada pula alat swab yang di-recycle. Bagaimana Presiden tidak marah-marah setiap hari apabila kondisinya (penanganan Covid-19) seperti ini,” tambah Sugeng.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali