Shanghai, Gempita.co – Semakin eratnya hubungan ekonomi dan pertahanan, China telah mengirim satu dari empat kapal perang untuk Pakistan.
Ini terjadi ketika kedua negara terlibat ketegangan dalam isu perbatasan dengan negara tetangga mereka, India.
Angkatan Laut Pakistan hari Minggu (23/8) mengatakan Galangan Kapal Hudong Zhonghua milik pemerintah, di Shanghai, menyelenggarakan upacara peluncuran kapal fregat jenis 054A itu, di hadapan para pejabat tinggi kedua negara.
Angkatan Laut Pakistan mengatakan kapal itu merupakan kapal fregat canggih yang dilengkapi dengan senjata modern, sensor dan senjata di bawah permukaan air dan senjata anti-serangan udara.
“Kapal-kapal ini akan memberi sumbangan yang signifikan dalam menjaga perdamaian dan keamanan di wilayah yang merupakan tanggungjawab kami,” ujarnya.
Pernyataan itu tidak menyebut berapa harga kapal militer itu, tetapi laporan memperkirakan harga per kapal mencapai lebih dari 350 juta dolar.
Begitu selesai, kapal-kapal ini akan menjadi kapal-kapal terbesar dan tercanggih dalam armada Angkatan Laut Pakistan, mendorong kapabilitasnya untuk menanggapi tantangan di masa depan.
China diperkirakan akan mengirim keempat kapal itu ke Pakistan selambat-lambatnya pada tahun 2021, yang menurut media China “akan melipatgandakan kekuatan” armada Angkatan Laut Pakistan.
Pejabat-pejabat Pakistan mengatakan kapal fregat jenis 054A/P digunakan oleh Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China PLAN dan merupakan tulang punggung militer mereka.
China dan Pakistan secara bersama telah memproduksi berbagai peralatan militer, termasuk pesawat tempur multi-peran JF17, yang menunjukkan hubungan pertahanan timbal balik yang kuat.
Hubungan ekonomi kedua sekutu itu dalam beberapa tahun terakhir telah memperkuat kerjasama ekonomi berdasarkan Belt & Road Initiative BRI. Koridor Ekonomi Pakistan-China yang terkait BRI telah membuat China menanamkan investasi hampir 30 miliar dolar dalam enam tahun terakhir ini,
Untuk membangun jalan, pelabuhan dan pembangkit listrik di Pakistan. Namun para kritikus menilai investasi itu sebagai beban pada Pakistan yang sudah memiliki banyak utang.