Pasukan Baju Putih Bercahaya Turun ke Palestina, Tentara Israel Bingung Ditembak Tak Mempan

GEMPITA.CO-Tak punya tentara, sebenarnya Palestina bukan lawan yang sepadan bagi Israel.

Tetapi anehnya, sejak lama Israel belum mampu menaklukan negeri para nabi itu.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Hingga saat ini Israel masih membombardir sejumlah tempat di Jalur Gaza, Palestina.

Ribuan rudal sudah ditembakkan, tapi hanya sedikit yang mengenai sasarannya.

Ternyata selama ini banyak kisah yang diluar nalar terjadi di peperangan Palestina dengan zionis Israel.

Kisah-kisah tersebut beredar luas di masyarakat dan tertanam di hati setiap warga Palestina.

Bahkan para tentara Israel pun mengakui mengalami ada hal yang ganjil dan tak masuk akal saat berperang.

Kisah keajaiban ini kerap dialami para mujahidin dari Brigade Izzuddin Al-Qassam, yang merupakan sayap militer Hamas.

Hamas merupakan Gerakan Perlawanan Islam yang berjuang di garis depan di jalur Gaza membela dan mempertahankan kemerdekaan Palestina dan pendudukan zionis Israel.

Dalam perjuangannya, para mujahidin atau Izzuddin Al-Qassam kerap menemukan berbagai keganjilan yang mereka sebut sebagai “pertolongan Allah” yang hadir tanpa mereka sadari .

Berikut ini 10 kisah keganjilan dan keajaiban di Palestina seperti dilansir oleh Serambinews.com dari berbagai sumber, termasuk dilansir situs simomot.wordpress.com dan kisahikmah.com.

1. Pasukan berseragam putih di Gaza

Mereka tahu pasukan Izuddin Al Qassam bisa menyusup dari balik terowongan dan menyerang secara tiba-tiba. Tetapi yang mereka hadapi kali ini. Ini tidak seperti biasanya.

Secepat kilat mereka hadir lalu secepat kilat mereka menghilang.

Dan bukannya menyamar dengan pakaian loreng atau gelap, pasukan ini justru memakai pakaian putih menyilaukan.

Mudah dilihat dan bahkan sangat mencolok di tengah peperangan. Siapakah mereka?

Tentara-tentara Zionis Israel memang takut berhadapan dengan mujahidin Hamas, Izzuddin Al Qassam. Tetapi, ketakutan mereka tidak sedahsyat ini.

Sekuat apapun pasukan Izzuddin Al Qassam, jika mereka tertembak mereka akan terluka, berdarah, roboh dan gugur sebagai syuhada.

Tetapi pasukan berjubah putih ini, mereka seakan tidak bisa dibunuh.

Peluru-peluru yang ditembakkan kepada mereka seperti mengenai udara kosong saja. Apakah mereka hanya hologram sehingga tidak bisa dilukai dan dibunuh? Tapi jika hologram, mengapa mereka juga bisa menyerang?

Maka setengah berbisik, mereka mulai mengucapkan satu kalimat: “inikah malaikat?” Dan ketakutan itu pun semakin dahsyat. Sebab jika benar itu malaikat, tak mungkin Zionis bisa mengalahkan mereka. Sebab jika benar itu malaikat, tak mungkin mereka mampu memenangkan peperangan.

Tak sedikit pasukan Zionis yang bertemu mereka pada Perang Furqan akhir 2008 lalu. Mereka mengatakan bahwa pasukan yang dihadapinya berpakaian putih-putih.

Semula mereka menduga itu adalah pasukan Izzuddin Al Qassam. Tetapi mereka harus percaya, pasukan Izzuddin Al Qassam memakai pakaian hitam. Dan kemampuannya tidak sehebat itu.

Keberadaan “pasukan lain” berseragam putih di Gaza pernah muncul pada Januari 2009. Pasukan ini sangat membantu para pejuang Palestina dalam menghadapi tentara zionis. Bahkan, pasukan Israel pun mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.

Suatu hari, rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di Jalan Al Qaram, didatangi sekelompok tentara Israel.

Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah seorang lelaki di rumah itu diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.

Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan, lelaki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Namun tentara Israel malah marah-marah dan memukulnya hingga pingsan.

Selama tiga hari berturut-turut, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam berseragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”

So, tentara Israel bukan mendapat perlawanan dari para pejuang al-Qassam yang berseragam hitam-hitam. Jadi ada pasukan lain yang berseragam putih, yang berhasil memukul mundur tentara Israel.

Kisah serupa juga disampaikan penduduk Palestina melalui situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan sekelompok pasukan Israel. Si sopir lantas ditanya, apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah?

Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”

Tetapi tentara Israel itu tidak percata. “Pasukan berpakaian putih-putih di belakangmu tadi siapa, dari kelompok mana?”

Tentu saja si sopir pun kebingungan, karena dia tidak melihat seorang pun di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawabnya.

Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.

Di tangga rumah, dia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.

“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami, atau takut kepada musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang sedang bertempur memporak-porandakan musuh (tentara Israel), dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.

2. Terdengar suara misterius, bahkan tanpa sumber

Ada lagi kisah karamah mujahidin, bahkan hal ini pernah disebutkan khatib Masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat, Gaza, serta pernah ditayangkan TV Channel Al Quds, serta ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal dalam situs Al Qassam dengan judul “Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan” (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).

Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut tentara Israel jika melalui jalan tersebut.

“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya lalu melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan, disertai tank-tank yang berjalan beriringan menuju jalan tempat di mana saya telah menanam ranjau,” kata pejuang tadi.

Akhirnya, sang pejuang memutuskan kembali ke markas, karena mengira ranjau tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh sangat banyak.

Tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat, maka Allah menguatkanmu.”

Ucapan itu didengarnya berulang-ulang, sebanyak tiga kali.

“Saya mencari di sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Tetapi saya terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.

Akhirnya, sang mujahid memutuskan tetap berada di lokasi. Ketika tank melewati ranjau yang telah dia tanam, terjadilah “keajaiban”. Ranjau itu meledak sangat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur.

Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka diangkut helikopter. “Saya sendiri, alhamdulillah, dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, seperti disampaikan khatib Masjid Izzuddin Al Qassam.

Cerita ini juga menyerupai kisah yang disampaikan seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga), mengatakan:

“Ketika mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, tidak ada seorang pun di sekitar saya. Tapi saya mendengar suara orang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali coba memastikan asal suara itu, namun tak ada siapa-siapa kecuali bebatuan dan pasir.”

3. Kesaksian tentara Israel

Cerita mengenai “pasukan berseragam putih” tak hanya diungkap para mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa orang tentara Israel pun mengatakan hal serupa.

Situs al-Qassam memberitakan, TV Channel 10 milik Israel menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.

“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya. Sejak itulah mata saya buta,” kata tentara Israel tersebut.

Di tempat lain, ada serdadu Israel yang mengatakan pernah berhadapan dengan “hantu”. Dia tidak tahu dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.

Masih dari Channel 10, seorang tentara Israel mengatakan, “Kami telah berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih, dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, tetapi mereka tak mati.”

Cerita ini memang menggelitik banyak pemirsa. Mereka lalu bertanya kepada Channel 10, siapa sih sebenarnya pasukan berseragam putih itu? Tentu para pengelola stasiun televisi itu tidak mampu menjawabnya.

4. Sudah meledak, ranjau tetap utuh

Ketika para pejuang Palestina dalam kondisi terjepit, hewan-hewan dan alam pun tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.

Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Ketika itu, para mujahidin sedang memasang ranjau. Saat mengulur kabel, tiba-tiba pesawat mata-mata milik Israel memergokinya. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.

Untungnya, semua mujahidin di lokasi itu selamat. Namun kabel pengubung ranjau dan pemicu yang hendak disambung menjadi terputus. Tak ada kesempatan lagi untuk menyambung, karena pesawat masih berputar-putar di atas.

Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.

Apa daya, para mujahidin Palestina tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tidak mungkin untuk disambung, sementara tank-tank Israel sudah berkumpul persis di atas ranjau.

Mereka merasa sangat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “Allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana Engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga tidak memiliki kesempatan serupa.”

Tiba-tiba, saat fajar, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi ranjau-ranjau itu ditanam. Padahal, ranjau dalam kondisi tidak berfungsi karena kabel-kabel belum disambung.

Ledakan itu membuat balatentara Israel kocar-kacir, sebagian mati, tank-tank rusak. Yang selamat pun memilih pergi meninggalkan lokasi.

Begitu tentara Israel pergi, para mujahidin segera mendekati lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata semua ranjau yang mereka tanam masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.

Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah terbakar dan api menjalar ke rumah-rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika kobaran api makin tak terkendali.

Salah seorang mujahidin lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”

Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para mujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Ta’ala telah memberi pertolongan dengan segera mengabulkan doanya.

5. Keberadaan merpati dan anjing

Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin AlAan. Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, dia melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.

Sejumlah mujahidin lainnya yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan burung tersebut.

Begitu merpati melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyiannya. Dugaan mereka benar. Beberapa saat kemudian, bom-bom Israel datang menghunjam wilayah tersebut. Tapi para mujahidin selamat, karena sudah berlindung di tempat persembunyian.

Ada lagi “keajaiban” lain. Kali ini bukan mengenai merpati, tetapi keberadaan seekor anjing. Kisah ini juga pernah diberitakan situs Filithin Al Aan.

Suatu hari, ketika sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel guna menemukan tempat penyimpanan senjata dan bunker-bunker yang menjadi tempat persembunyian para mujahidin.

Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin mendekati anjing itu, dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan kamu menimbulkan masalah untuk kami.”

Setelah itu, si anjing duduk dengan dua kaki depannya dijulurkan ke arah para mujahidin. Anjing itu diam saja. Akhirnya, seorang mujahidin mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang, anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi. Subhanallah!

6. Kabut pun ikut membantu

Allah bisa membantu orang-orang yang disayanginya dengan berbagai cara. Bisa melalui merpati dan anjing, seperti dikisahkan sebelumnya, bahkan bisa juga dengan memanfaatkan badai. Sebab, Allah juga yang menciptakan badai.

Kisah menarik ini disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di Masjid Al Qassam.

Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.

Ketika posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun malam itu. Kabut itu telah menutupi pandangan mata semua tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.

Kasus hampir sama juga pernah diceritakan Abu Ubaidah, salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, seperti diberitakan situs almesryoon.com. Da bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba bisa turun dan membantu para mujahidin untuk melakukan serangan.

Awalnya, pasukan mujahiddin sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank milik tentara Israel. Jika berhasil, maka tank-tank itu akan diledakkan.

“Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.

Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi. Semua aksi para mujahidin itu tanpa pernah diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, juga tak terdeteksi pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu.

Alhasil, lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.

7. Selamat berkat Al Qur’an

Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang Palestina menderita luka dan memasuki RS As Syifa’. Dokter yang memeriksanya kaget saat mengetahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.

Yang membuat dokter kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang, karena terhalang oleh buku doa dan mushaf Al Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.

Buku kumpulan doa itu memang berlobang. Mushaf Al Qur’an tetap utuh, meski sebagian sampulnya rusak. Namun proyektil itu sudah berantakan menjadi serpihan-serpihan di saku baju sang pejuang itu. Allahu Akbar!

Kisah tersebut bukan mengada-ada, karena disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan pernah dan diceritakan kembali saat berlangsung Festival Ikatan Dokter Yordan, sebagaimana ditulis dalam situs Al Ikhwan Al Muslimun.

Dr Hisam juga memperlihatkan bukti proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa berjudul Hishnul Muslim yang mampu menahan peluru tersebut.

Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan tiga rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa, kecuali hanya puing-puing bangunan.

“Tetapi mushaf-mushaf Al Qur’an tetap berada di tempatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya, seraya tak henti bertasbih.

“Kami melihat beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah: 155-156),” jelas Abu Ahid.

8. Harumnya jasad para syuhada

Dalam sepekan terakhir kita melihat tayangan televisi mengenai penderitaan warga Palestina akibat kebiadaban tentara Israel. Sebagian memang menangisi anggota keluarganya yang wafat, tetapi itu sebenarnya tidak lama.

Bahkan dalam tangisnya, warga Israel selalu meneriakkan “Allahu Akbar”. Mereka tak pernah putus asa dari pertolongan Allah.

Yang mengharukan, sering terdengar dialog ketika ada anggota keluarga atau tetangga yang wafat akibat serangan rudal dan roket Israel. “Si A sudah menjadi syuhada. Siapa lagi yang hari ini dan esok akan menyusul menjadi syuhada?”

Ini menggambarkan betapa warga Palestina yang muslim sangat percaya kepada Allah, kepada takdir Allah, kepada pertolongan Allah, serta kepada janji Allah yang akan menjadikannya sebagai penghuni surga.

Banyak kisah menarik dan inspiratif seputar para syuhada Palestina yang gugur saat menghadapi aksi barbar tentara Israel.

Abdullah As Shani, anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam, menjadi sasaran rudal F-16 Israel saat berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza. Jasad komandan lapangan al-Qassam, bahkan pengawal khusus para tokoh Hamas, ini “hilang” setelah terkena rudal.

Selama dua hari, jasad itu terus dicari. Akhirnya yang ditemukan hanya serpihan kepala dan dagunya saja. Yang lain sudah hancur tak bersisa. Serpihan-serpihan tubuh itu lalu dikumpulkan dan dibawa keluarganya ke rumah untuk dimakamkan.

Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com, serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di salah satu kamar. Tak lama kemudian, muncul bau harum misk dari kamar tempat dimana serpihan tubuh tadi disimpan.

Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut, lalu memberitahu orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki julukan Abu Hamzah ini.

Puluhan orang lalu beramai-ramai mendatangi rumah itu. Mereka masih mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam kantong plastik.

Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.

Kisah serupa terjadi pula pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang mati syahid akibat serangan udara Israel di Nashiriyah.

Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang mukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Meski kain telah dicuci berkali-kali, bau harumnya tetap semerbak.

Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Seperti dilansir situs Al Quds Al Arabi, saat masih berada di Gaza, dia mengatakan:

“Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, saya mencium bau harumnya para syuhada.”

9. Dua pekan wafat, darah tetap mengalir

Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Dia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.

Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal Al Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) Al Qur’an di Gaza, dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer.

Sebelum masuk Gaza, pada pertemuan akhir dengan salah seorang sahabatnya di Rafah, dia minta didoakan agar memperoleh kesyahidan.

Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih. Di bumi jihad Gaza, dia telah memperoleh apa yang dicita-citakannya. Yasir syahid dalam pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.

Karena kondisi medan yang tak memungkinkan, jasad Yasir baru bisa dievakuasi setelah dua pekan berada di medan pertempuran tersebut.

Meski sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.

Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarinya untuk menikah dengan gadis Palestina. Namun Yasir menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.

Para khatib sering menjadikan kisah nyata ini sebagai bahan khutbah Jumat mereka, sekadat untuk menunjukkan tanda-tanda keajaiban selama Perang Gaza. Cerita ini bahkan pernah dimuat oleh Arab Times.

Kita sering mendengar peribahasa “mati satu tumbuh seribu”. Bagi warga Gaza, ungkapan yang lebih pas adalah “mati 1.000, lahir 3.000”.

Dalam invasi tentara Israel ke Gaza sejak tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009 (sekitar 22 hari), tercatat 1.412 warga Gaza tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak.

Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial pada Kementerian Kesehatan Palestina, mencatat dalam kurun waktu yang sama lahir 3.700 bayi di Gaza.

Isu tentang upaya Israel melakukan genosida memang bukan sekadar isapan jempol.

Hampir dalam setiap aksi militernya, khususnya melalui udara, Israel selalu berdalih ingin menghancurkan markas dan rumah para pemimpin Hamas.

Faktanya, yang menjadi korban umumnya perempuan dan anak-anak. Hal ini memang telah didesain pemerintah Israel, karena perempuan akan terus melahirkan bayinya. Anak-anak akan tumbuh besar, dan sebagian kelak akan menjadi mujahidin yang memerangi Israel.

Dalam agresinya sejak 8 Juli lalu, warga Palestina yang tewas juga didominasi perempuan dan anak-anak. Dan sama seperti kejadian-kejadian sebelumnya, jumlah korban tewas akan selalu diganti oleh bayi-bayi yang baru lahir, dengan tiga kali lipat lebih banyak daripada jumlah korban tewas.

Mereka inilah yang nantinya akan terus berjuang mempertahankan kemerdekaan Palestina, sembari menunggu vonis akhir dari Allah.

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali