Pelantikan Biden Dihantui Kelompok Ekstremis Didukung Jajaran Keamanan

Washington, Gempita.co – Pengerahan 25.000 personel Garda Nasional AS untuk mengamankan pelantikan presiden AS pada 20 Januari 2021dikaji Biro Investigasi Federal (FBI) AS.

Ryan McCarthy, seorang pejabat sipil Pentagon mengatakan, pihak berwenang menyadari potensi ancaman tersebut dan memperingatkan para komandan militer untuk waspada tentang masalah apapun di hari-hari menjelang pelantikan.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Kekhawatiran meningkat setelah beberapa laporan menunjukkan bahwa sejumlah polisi dan pasukan keamanan Kongres AS bekerja sama dengan para penyerang pada 6 Januari lalu.

Selain itu, agen keamanan AS di Washington menangkap seorang pria bersenjata yang merupakan pejabat pemerintah negara bagian New Mexico yang berencana untuk mengambil alih keamanan selama pelantikan Biden.

Hal ini menyebabkan tingginya perhatian pejabat keamanan AS terhadap kelompok ekstremis sayap kanan dan teroris yang juga dibantu beberapa unsur terkait di jajaran keamanan negara ini.

“Pihak berwenang sedang menyelidiki kasus yang berkembang dari petugas penegak hukum yang diduga terlibat dalam penyerbuan 6 Januari di gedung Kongres AS. Sayangnya, seiring berlanjutnya kasus ini, kami melihat tanda-tanda bahwa aparat penegak hukum, baik sebelumnya maupun saat ini, mungkin terlibat dalam insiden tersebut,” kata kata Jaksa AS Michael Sherwin dalam konferensi pers di Washington, D.C.

Hal ini menunjukkan bahwa jurang sosial-politik di tubuh masyarakat Amerika Serikat kian hari semakin tajam dan menyebar hingga menembus bagian militer dan pasukan keamanan negara ini.

Bagaimanapun, dari 74 juta orang Amerika yang memberikan suara dalam pemilu presiden AS tahun lalu adalah personel militer dan keamanan, dan diperkirakan beberapa dari mereka akan menjadi bagian dari pengunjuk rasa yang menentang hasil pilpres.

Trump dan sekutunya berusaha menggambarkan dirinya sebagai sponsor badan militer dan keamanan AS dengan peningkatan anggaran keamanan negaranya. Itulah mengapa para veteran Amerika dan serikat polisi termasuk di antara blok suara yang mendukung Trump dalam pemilu November lalu.

Masalah kini menambah daftar panjang masalah sosial dan kesenjangan sosial yang semakin dalam serta penajaman konflik politik-ideologis di Amerika Serikat.

Untuk alasan ini, komandan senior militer AS telah berulangkali menekankan netralitas militer dan dukungannya  terhadap hasil akhir pemilu selama dua bulan terakhir.

Bahkan beberapa hari yang lalu, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS bersama para komandannya merasa perlu mengeluarkan sebuah pernyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya menjelang pelantikan presiden baru.

Keputusan untuk meninjau catatan keamanan pasukan Pengawal Nasional yang berbasis di Washington menunjukkan bahwa dukungan dari komandan militer senior AS terhadap hasil pemilu tahun lalu tidak akan menjamin bahwa angkatan bersenjata AS akan mematuhi peralihan kekuasaan dari Trump kepada Biden.

Sumber: parstoday

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali