Jakarta, Gempita.co – Janji manis manajemen Perserang Serang untuk memenuhi kewajibannya terus dinanti. Hingga kini, salah satu klub sepak bola yang berkompetisi di Liga 2 ini tak kunjung membayar tunggakan gaji kepada pemain dan pelatih.
Pemain Perserang Mariono mengatakan masih menunggu tanggung jawab manajemen Perserang. Pemain, katanya, sudah melapor kepada Badan Penyelesaian Sengketa Nasional (NDRC) PSSI. Namun, manajemen Perserang terkesan menutup mata terhadap putusan tersebut.
“Kami sudah melapor pada 5 Juni ke NDRC dan sudah ada putusannya juga. Tapi, hingga saat ini belum ada jawaban dari manajemen kapan gaji kami akan dilunasi. Kami malah tahu dari media, katanya mau dilunasi awal September. Namun, hingga sekarang belum kami terima,” kata Mariono, Rabu (16/9).
Sebagaimana diketahui, PSSI terpaksa menangguhkan kompetisi pada 22 Maret sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona baru (COVID-19). Dampak dari putusan tersebut, Liga 2 yang baru berjalan pada pekan pertama terpaksa dihentikan.
Namun, manajemen Perserang belum memberikan kewajiban kepada para pemain dan pelatihnya. Menurut Mariono, ia baru menerima gaji 40 persen pada bulan Maret. Padahal seharusnya, mereka mendapatkan haknya penuh.
Penderitaan Mariono tak sampai di situ. Ia mengaku manajemen Perserang juga ingkar dari kewajibannya sejak April. Padahal, PSSI telah membuat aturan agar klub-klub tetap memberikan hak-hak pemain dan pelatih maksimal 25 persen selama kompetisi ditangguhkan.
Pada awal Juni, NDRC pun telah memutuskan agar Perserang membayar Rp 7,150 juta kepada Mariono. Jumlah tersebut adalah 60 persen gaji yang belum dibayar Laskar Singandaru pada Maret, serta 25 persen gaji periode April dan Mei sebagaimana surat edaran dari PSSI.
Tanggungan manajemen Perserang kepada para pemainnya itu kini tentu lebih dari putusan NDRC. Meningat, Perserang tak kunjung memenuhi kewajibannya hingga September.
“Yang kami kaget, manajemen sempat ngomong ke media bahwa gaji April-Juni sudah dilunasi. Lah semua pemain belum menerima. Pelatih juga belum kok,” kata Mariono yang banting setir dengan berdagang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Pemain ini mengandalkan gaji untuk mencukupikebutuhan. Apalagi rerata dari kami sudah berkeluarga. Kerja pun sekarang susah karena ada COVID-19. Harapan saya jika tanggung jawab manajemen dilunasi, hak kami itu kan bisa dipakai buat modal usaha,” katanya.
Terkait persiapan Liga 2 2020 Lanjutan yang direncanakan bergulir 17 Oktober, Mariono mengaku belum mendapat kabar apa pun dari manajemen. “Kami belum dikabari juga kapan mulai latihan lagi. Tapi, prinsip kami jelas ingin meminta hak kami dulu baru mau berkumpul lagi,” terang Mariono.