Gempita.co- Pemimpin Taliban mengklaim mereka saat ini berbeda dengan Taliban 20 tahun lalu. Hal itu disampaikan pendiri dan pemimpin politik Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, saat kembali ke Afghanistan dari Qatar pascajatuhnya Kabul ke tangan mereka.
Mullah Abdul Ghani Baradar terbang dari Qatar ke Kandahar, tempat kelahiran spiritual Taliban dan ibu kota Afghanistan ketika mereka memerintah dari 1996 hingga 2001. Dia sempat mendekam di penjara Pakistan dari 2010 hingga 2018.
Dia memimpin delegasi Taliban pada pembicaraan di Doha dan menandatangani perjanjian damai dengan AS pada Februari. Saat Baradar sampai di bandara Kabul, penerbangan evakuasi untuk para diplomat dan warga sipil masih berlangsung.
Berbeda saat berkuasa sebelumnya, Taliban menggelar jumpa pers pada Selasa kemarin. Mereka berusaha menghilangkan ketakutan akan kembalinya kekuasaan keras mereka sebelumnya.
“Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal. Perempuan bisa bekerja dan belajar, dan akan aktif dalam masyarakat tetapi dalam kerangka Islam,” janji juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Dia menegaskan, Taliban tidak akan mencari pembalasan terhadap para mantan tentara dan pegawai pemerintah yang didukung Barat. Bahkan menggaransi pengampunan untuk mantan tentara pemerintah Afghanistan, serta untuk para kontraktor dan penerjemah yang bekerja untuk pasukan internasional.
“Tidak ada yang akan menyakiti, tidak ada yang akan mengetuk pintu Anda. Ada perbedaan besar antara Taliban sekarang dan 20 tahun yang lalu,” klaimnya.
Media bisa terus bebas dan independen di Afghanistan, dan Taliban berkomitmen pada media dalam kerangka budaya mereka. Dia meminta keluarga yang mencoba melarikan diri dari negara itu di bandara Kabul kembali ke rumah. Sebab tidak ada bahaya yang akan menimpa mereka.
“Kita perlu melihat apa yang sebenarnya terjadi, kita perlu melihat tindakan di lapangan dalam hal janji yang ditepati,” timpal Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric
Di Kabul, dikabarkan para pejabat Taliban mengunjungi kuil-kuil utama Sikh dan Hindu. Mereka berjanji memberikan perlindungan bagi minoritas agama, sementara yang lainnya mendorong petugas kesehatan perempuan untuk melanjutkan pekerjaannya.