Pendukung Donald Trump Siap Kibarkan ‘Bendera Perang’

Gempita.co – Belum pernah terjadi sebelumnya atas hasil pemilu presiden 2020. Bentrokan bersenjata berpeluang pecah di Amerika Serikat.

Donald Trump Jr, putra tertua presiden AS, dalam sebuah twit berkata, “Hal terbaik untuk masa depan Amerika adalah @realDonaldTrump berperang total atas pemilihan ini untuk mengungkap semua penipuan, kecurangan, pemilih yang sudah mati dan tidak lagi di negara bagian itu, yang telah berlangsung terlalu lama.”

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Mantan penasihat senior Trump, Stephen K. Bannon mengatakan bahwa jika Presiden Trump memenangkan kembali pemilu, ia harus segera menghilangkan Anthony S. Fauci, ahli penyakit menular terkemuka di AS dan Direktur FBI Christopher A. Wray melalui eksekusi abad pertengahan.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa Trump dan para pendukung fanatiknya sedang mempersiapkan perang besar-besaran dan bahkan berdarah dengan apa yang mereka sebut sebagai “sistem korup” di AS. Tentu saja, Trump sendiri terus berbicara tentang rencananya menggugat hasil pemilu melalui pengadilan.

Trump dalam sebuah wawancara, yakin bahwa para hakim Mahkamah Agung Federal pada akhirnya akan membatalkan suara, yang dituduhnya curang dan mengkonfirmasi kemenangan capres Partai Republik dalam pemilu.

Pertanyaan ini sudah berkali-kali diutarakan kepada kalangan politik dan media, dan bahkan masyarakat Amerika, kira-kira bagaimana reaksi para pendukung fanatik jika Mahkamah Agung akhirnya tidak memilih Trump sebagai presiden?

Milisi pendukung Trump

Bukti-bukti menunjukkan bahwa AS sedang bergerak dari “perang dingin internal” ke arah “perang keras.” Perang dingin internal ini dimulai bertahun-tahun lalu, bahkan sebelum Trump memasuki Gedung Putih pada Januari 2017, ketika kaum konservatif dan liberal Amerika memilih meninggalkan toleransi politik dan berusaha untuk secara fisik menyingkirkan satu sama lain dari kancah politik AS.

Dalam pertarungan ini, sebuah gerakan yang kemudian dikenal sebagai Trumpisme menyingkirkan saingan mereka pada pemilu 2016 sebagai “rezim penguasa yang korup di Amerika.”

Sekarang giliran rival-rival Trumpisme untuk menyingkirkan Trump dan pendukungnya pada pemilu 2020, dengan menggunakan semua alat kekuasaan mulai dari undang-undang pemilu hingga komunitas intelijen dan media.

Balas dendam politik-ideologi ini telah menempatkan AS pada situasi politik terburuk sejak berakhirnya Perang Saudara pada tahun 1864. Selama lebih dari 150 tahun, masyarakat Amerika tidak pernah begitu terpecah, saling bermusuhan, dan sarat akan kebencian, dan kemarahan.

Saat ini kesalahan salah satu pihak bisa menyulut api peperangan di AS. Meskipun dari segi perkembangan sosial-politik di Amerika, kemungkinan terulangnya perang saudara seperti di masa lalu tidak akan terjadi, namun perang dengan peralatan modern diprediksi akan pecah di negara itu.

Kecuali para politisi Amerika mengesampingkan permusuhan dan membangun jembatan untuk mengatasi kerawanan sosial-politik yang mendalam di negara itu, sebuah proses yang tampaknya sangat sulit atau bahkan tidak mungkin.

Sumber: ParsToday

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali