New Delhi, Gempita.co – Sementara berada di bawah gelombang kedua pandemi virus corona baru yang ganas, India justru dikabarkan kekurangan Vaksin Covid-19.
“Maksud saya, tidak ada kata-kata yang bisa menjelaskan situasi yang sangat, sangat suram. Sistem ini berada di ambang kehancuran, dan itulah alasan mengapa kami mencoba untuk mendapat vaksinasi seawal mungkin,” kata Sahil Kapoor, seorang penduduk New Delhi kepada Reuters.
Namun, sejumlah negara bagian mengatakan, mereka tidak dapat mencakup kelompok usia 18-an. Mereka bahkan menolak orang yang lebih tua karena kurangnya persediaan vaksin.
India, pembuat vaksin terbesar di dunia, mengandalkan obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri. Namun, sekitar 70 juta suntikan yang diproduksi per bulan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri yang sangat besar.
“Bahkan jika kami mengambil kelompok usia 18-44 tahun yang merupakan peserta baru dalam program ini, kami berbicara tentang 595 juta orang, berarti 1,2 miliar dosis, karena setiap orang memerlukan dua dosis vaksin. Jadi ini adalah tugas yang sangat besar dan pasokan vaksin kami saat ini tidak sebanding dengan jumlah itu,” kata K. Srinath Reddy, dari Yayasan Kesehatan Umum India mengatakan dalam wawancara via Skype.
Pemerintah meningkatkan upaya untuk mendapatkan vaksin dari luar negeri. Dosis Sputnik V tiba dari Rusia minggu ini. Upaya juga dilakukan untuk mempercepat produksi dari pabrik vaksin dalam negeri, tetapi bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk mengatasi kekurangannya.
Para ahli mengatakan, India gagal mempersiapkan pasokan vaksin yang cukup, selagi mengumumkan kemenangan melawan pandemi selama jeda penularan. India mengirim sekitar 65 juta dosis ke negara lain sebagai bagian dari upaya “diplomasi vaksin”.
“Saya pikir itu semacam unsur dalam pikiran mereka bahwa kami tidak perlu berurusan dengan gelombang kedua COVID. Maka kami mempunyai program vaksinasi bertahap yang cukup terukur dan stabil dalam langkah-langkah kami dan itulah sebabnya kami bahkan merasa memiliki kemewahan bisa mengirim vaksin ke luar negeri ke sekitar 80 negara,” ujar Srinath Reddy.
Peluncuran yang lambat berarti negara itu sebagian besar tidak terlindungi ketika gelombang kedua COVID melanda. Baru sekitar dua persen dari penduduk telah divaksinasi penuh, sementara 10 persen baru menerima satu dosis.
Sumber: voa