Gempita.co – Kenaikan harga beras akan terjadi hingga akhir tahun, namun ada harapan akan menurun di bulan Oktober karena masuk masa panen.
“Musim panen itu setahun dua kali, pertama di bulan Maret-April, yang kedua di bulan Oktober nanti. Jadi ada harapan di bulan Oktober harga menurun, tapi akan kembali naik hingga akhir tahun,” kata Pengamat Pertanian dan Pangan sekaligus Ekonom Senior INDEF, Bustanul Arifin, dalam diskusi publik ‘Waspada Bola Panas Harga Beras’ yang menghadiri lembaga kajian ekonomi INDEF di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Menurutnya, kenaikan harga beras sebenarnya sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. Penyebabnya antara lain ketegangan geopolitik, El Nino, kebijakan negara India yang melarang ekspor beras, hingga impor beras.
Tidak hanya beras, tren kenaikan harga pangan juga terjadi pada komoditas gandum, minyak goreng, gula putih dan daging sapi. Oleh karena itu, menurutnya harus ada langkah antisipasi dari pemerintah.
“Untuk beras, harganya mungkin bisa stabil di bulan Januari tahun depan. Tapi levelnya masih tinggi,” ujar Bustanul.
Untuk mengatasi tingginya tren harga beras, Bustanul menilai langkah pemerintah memberikan bantuan pangan langsung berupa beras, sudah tepat. Bantuan pangan itu, menurutnya perlu dilakukan paling tidak hingga akhir tahun ini.
“Dalam jangka pendek, Bulog juga harus merealisasikan kekurangan 800 ribu ton impor beras. Dengan melakukan negosiasi dengan negara produsen beras selain India, seperti Thailand dan Vietnam, Kamboja atau Pakistan,” ucap Bustanul.
Bulog juga harus lebih taktis dalam manjemen stok dan pengadaan beras dalam negeri. Karena pemain pasar dari kalangan swasta, menurut Bustanul, semakin berani membeli beras dari petani dengan harga tinggi.