Perawat Keliling Menjamur di AS, Bayarannya 5000 Dolar AS Per Minggu

WNI di luar negeri yang Covid-19 mencapai 1.015, di antaranya sembuh 504, meninggal 58 dan 354 orang masih dalam perawatan/ Foto: net

Gempita.co – Banyak rumah sakit di Amerika membayar mahal tenaga perawat guna mendapatkan bantuan yang diperlukan dalam menghadapi banyaknya pasien pada musim panas ini.

Masalahnya ada dua, kata para tokoh kesehatan. Para perawat berhenti kerja atau pensiun, kelelahan atau kehilangan semangat akibat krisis ini. Dan banyak di antara mereka yang meninggalkan pekerjaan tersebut demi pekerjaan sementara yang lebih menjanjikan dengan agen-agen perawat keliling, yang dapat membayar 5.000 ribu dolar atau lebih per minggu.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Begitu sulitnya sampai-sampai para dokter mengatakan, “Mungkin saya harus berhenti menjadi dokter dan menjadi perawat saja,” kata Dr. Phillip Coule, direktur medis di Augusta University Medical Center, Georgia. Ia kadang-kadang menghadapi 20 hingga 30 pengunduran diri dalam sepekan dari para perawat yang mengambil pekerjaan sebagai juru rawat keliling.

“Dan kemudian kami harus membayar biaya yang sangat tinggi untuk mendapatkan staf dari negara bagian lain agar datang ke negara bagian kami,” kata Coule.

Rata-rata gaji seorang perawat keliling telah melonjak dari sekitar 1.000 dolar hingga 2.000 dolar per pekan sebelum pandemi, menjadi 3.000 dolar hingga 5.000 dolar sekarang ini, kata Sophia Morris, wakil presiden Aya Healthcare, perusahaan penyedia tenaga kesehatan berbasis di San Diego. Ia mengatakan Aya telah membuka 48 ribu peluang kerja untuk perawat keliling.

James Quick, presiden SimpliFi, perusahaan pesaing Aya, mengatakan, rumah sakit-rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaannya kini menghadapi tingkat lowongan kerja yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Rumah sakit berukuran kecil hingga menengah secara umum memiliki puluhan lowongan untuk posisi tetap, dan sistem kesehatan besar memiliki ratusan lowongan untuk pekerja penuh waktu,” ujarnya.

Melonjaknya gaji telah mempersulit rumah sakit yang tidak dapat merogoh koceknya dalam-dalam.

Gubernur Kansas Laura Kelly baru-baru ini mengeluhkan tentang risiko yang dihadapi rumah sakit di negara bagiannya yang kalah bersaing dalam mendapatkan perawat dari negara bagian lain yang mampu membayar “sangat banyak.” Ia mengatakan baru-baru ini bahwa beberapa rumah sakit, termasuk di Topeka, telah menyediakan tempat tidur untuk pasien tetapi tak ada perawat yang melayani.

Di Kansas City, Missouri, Truman Medical Centers telah kehilangan 10 perawat yang beralih ke pekerjaan keliling dalam beberapa hari belakangan dan berusaha mencari perawat keliling untuk menggantikan mereka, kata CEO rumah sakit itu, Charlie Shields.

Ia mengatakan sulit untuk bersaing dengan agen-agen jasa perawat keliling, yang menetapkan tarif 165 dolar hingga 170 dolar per jam per perawat. Ia mengatakan agen-agen penyedia jasa perawat itu mendapat bagian besar dari tarif yang ditetapkan itu, tetapi ia memperkirakan bahwa perawat masih menerima 70 dolar hingga 90 dolar per jam, dua atau tiga kali lipat dari apa yang dibayar rumah sakit untuk perawatnya.

“Saya pikir jelas saja orang memanfaatkan permintaan di luar sana,” kata Shields. “Saya benci menggunakan kata ‘mengeksploitasi’ untuk menggambarkannya, tetapi kami jelas membayar biaya premium dan memungkinkan orang-orang mendapatkan margin keuntungan yang cukup tinggi.”

Di Texas, lebih dari 6.000 perawat keliling telah membanjiri negara bagian itu untuk membantu menghadapi lonjakan jumlah pasien melalui program yang didukung negara bagian. Tetapi pada hari yang sama ketika 19 perawat berangkat untuk bekerja ke sebuah rumah sakit di bagian utara negara bagian itu, 20 lainnya di tempat yang sama mengajukan pemberitahuan bahwa mereka akan meninggalkan pekerjaan mereka untuk menjadi perawat keliling kontrak, kata Carrie Kroll, wakil presiden di Asosiasi Rumah Sakit Texas.

“Para perawat yang tidak keluar, yang tetap bertahan di fasilitas tempat mereka bekerja, mereka melihat orang-orang lain yang sekarang datang dan mendapat bayaran lebih besar. Ini menimbulkan ketegangan di lingkungan kerja,” kata Kroll.

Pandemi sedang dalam tahap-tahap awal ketika Kim Davis, 36, memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di sebuah rumah sakit di Arkansas dan menjadi perawat keliling. Ia mengatakan mendapatkan bayaran kurang lebih dua kali lipat dalam 14 bulan setelah ia merawat pasien di unit-unit perawatan intensif di Phoenix; San Bernardino, California; dan Tampa, Florida.

“Sejak saya menjadi perawat keliling, saya telah membayar semua utang saya. Saya melunasi pinjaman biaya pendidikan semasa kuliah sekitar 50 ribu dolar,” lanjutnya.

Davis mengatakan banyak sejawatnya yang mengikuti jejak serupa. “Mereka pergi untuk menjadi perawat keliling karena mengapa kita melakukan pekerjaan yang sama dengan gaji separuhnya?,” ujarnya. “Jika mereka harus mempertaruhkan nyawa mereka, mereka harus diberi imbalan.”

Para tokoh kesehatan menyatakan para perawat sangat sangat lelah dan frustrasi karena diminta bekerja lembur, diteriaki dan dikritik oleh anggota masyarakat, dan karena menghadapi orang-orang yang memilih tidak divaksinasi atau tidak mengenakan masker.

“Bayangkan pergi bekerja setiap hari dan bekerja paling keras selama ini, lalu pulang dan apa yang kita lihat setiap hari adalah pekerjaan kita tidak diakui oleh masyarakat,” kata Julie Hoff, eksekutif kepala perawat di OU Health di Oklahoma. “Kematian yang kita lihat setiap hari tidak dihargai atau diakui.”

Sementara itu, rumah sakit-rumah sakit semakin terjepit oleh keluar masuknya perawat dan karyawan baru dari agen perawat keliling.

Coule menyebut contoh baru-baru ini di mana rumah sakitnya di Georgia merekrut seorang terapis pernapasan melalui agen untuk menggantikan tenaga yang memutuskan untuk menjadi pekerja keliling. Penggantinya ternyata berasal dari rumah sakit yang sama di mana terapis pernapasan itu pindah bekerja. “Pada dasarnya kami bertukar personel tetapi dengan biaya berlipat ganda,” ujarnya.

Patricia Pittman, direktur Fitzhugh Mullan Institute for Health Workforce Equity di George Washington University, mengatakan, banyak perawat yang masih menyimpan rasa kesal pada majikan mereka sejak masa-masa awal pandemi, antara lain karena dipaksa bekerja tanpa alat pelindung diri (APD) yang memadai.

“Para perawat mengatakan, ‘Hei, kalau saya tidak diperlakukan dengan respek, saya mungkin juga akan pindah menjadi perawat keliling,” katanya. “Dengan cara itu saya dapat bekerja di tempat yang sangat tidak menyenangkan selama 13 pekan, tetapi kemudian saya dapat cuti selama dua atau tiga bulan dan melakukan apa saja.”

Sumber: voa

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali