Perlukah Kita Memiliki Pulse Oximeter dalam Masa Pandemi Covid-19 Ini?

Pulse Oximeter

Oleh: Philip Fam

Jawaban atas pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini adalah PERLU. Alat ini menjadi SANGAT PERLU, karena tidak semua orang yang terpapar Covid-19 menunjukkan gejala yang umum dari penyakit ini seperti batuk, demam dan lain-lain. Artinya ada sebagian orang yang terinfeksi Covid-19 tanpa menunjukkan gejala seperti batuk, demam dan lain-lain, namun tingkat saturasi oksigen di dalam darahnya sangat rendah. Inilah gejala yang disebut sebagai happy hypoxia syndrome.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Jadi kita dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan dengan memanfaatkan pulse oximeter ini. Artinya, jika hasil pengukuran oximeter ini menunjukkan tingkat saturasi oksigen di dalam darah seseorang berada di bawah normal, maka orang itu atau keluarganya dapat segera berkonsultasi ke dokter untuk memastikan apakah dirinya terpapar atau tidak oleh Covid-19 sebelum:

a. Pasien terlambat mendapat pertolongan medis yang diperlukan.

b. Pasien menulari ke orang lain terutama anggota keluarga yang serumah dengannya.

Jadi pulse oximeter itu apa dan apa hubungannya dengan Covid-19?

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa pulse oximeter adalah alat pengukur kadar oksigen di dalam darah seseorang. Alat ini sudah dikenal sejak 1970-an dan sudah lazim digunakan oleh orang yang rentan terhadap masalah pernapasan atau yang sedang menjalani terapi oksigen di rumah. Juga digunakan oleh para atlet dan pilot untuk memantau kadar oksigen dalam darah mereka.

Karena Covid-19 menyerang sistem pernapasan dan menimbulkan gangguan pada kadar oksigen yang ditransfer ke aliran darah, maka pulse oximeter dapat dimanfaatkan untuk mengukur tingkat saturasi darah dalam tubuh seseorang. Alat ini telah menyelamatkan begitu banyak orang terutama mereka yang mengalami happy hypoxia sindrome seperti diuraikan di atas.

Sejauh mana akurasi pulse oximeter dalam menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak?

Pulse oximeter ini tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis apakah seseorang terpapar Covid-19 atau tidak. Namun hasil yang didapat dari alat ini dapat menjadi bahan pertimbangan klinis walaupun tidak menentukan hasil klinis secara mutlak. Hanya dokter yang dapat menyatakan secara pasti tentang apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak berdasarkan kemampuan keilmuannya.

Kapan seseorang dapat dikatakan mengalami penurunan saturasi oksigen (hipoksia) yang serius meskipun ia tidak menunjukkan adanya masalah pernapasan sama sekali?

Jawabannya adalah saat pengukuran pulse oximeter diperoleh hasil yang menunjukkan tingkat saturasi oksigen di dalam darah pasien yang terus berada di bawah normal, yaitu:

a. Di bawah 95-100 persen. Kondisi ini menunjukkan orang tersebut memiliki masalah paru-paru.

b. Jika tingkat saturasi orang itu berada di bawah 92 persen atau 88 persen, maka mungkin orang itu sudah mengalami suatu kondisi yang sangat parah yaitu penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Hal-hal apa yang harus diketahui saat menggunakan pulse oximeter?

a. Pastikan kuku jari telunjuk yang akan dimasukkan ke tempat yang tersedia pada pulse oximeter bersih dari cat kuku atau pewarna lainnya.
b. Hindari tempat yang mendapat cahaya berlebih seperti cahaya dari matahari secara langsung atau lampu operasi.
c. Masukkan ujung jari telunjuk ke dalam tempat yang tersedia di antara capit pulse oximeter.
d. Usahakan jari atau tangan dalam posisi sestabil mungkin saat hendak menekan tombol untuk mengoperasikan alat ini.
c. Biarkan alat ini bekerja selama 30 detik.
d. Pada layar akan muncul angka-angka yang menunjukkan tingkat saturasi oksigen dalam darah seseorang.(*)

Kemenkumham Bali

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali