Pesawat Tanpa Awak AS Diprotes Taliban dan China, Melanggar Hak dan Hukum Internasional

Gempita
Gempita.co berita terkini hari ini

Kabul, Gempita.co – Penerbangan pesawat tak berawak milk Amerika Serikat (AS) dikecam Taliban dan China, Rabu (29/9), karena melanggar kedaulatan Afghanistan dan kesepakatan bersama yang telah dicapai sebelumnya.

“Kami baru-baru ini menyaksikan AS melanggar semua hak dan hukum internasional serta komitmennya yang dibuat kepada Taliban di Doha, Qatar, ketika wilayah udara Afghanistan dimasuki oleh pesawat tak berawak AS,” demikian kata Taliban dalam pernyataannya.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Kelompok Islamis itu mengacu kepada persetujuan dengan Washington yan terlaksana pada Februari tahun lalu di mana persetujuan tersebut melapangkan jalan bagi pasukan AS dan NATO untuk meninggalkan negara itu.

Proses penarikan pasukan itu telah berakhir pada bulan Agustus lalu, menandai akhir dari keterlibatan hampir 20 tahun pasukan internasional dalam perang Afghanistan.

“Kami menyerukan kepada semua negara, khususnya AS, untuk memperlakukan Afghanistan sesuai dengan hak, hukum internasional, dan komitmennya… dalam rangka mencegah konsekuensi yang negatif,” kata Taliban tanpa memperinci lebih lanjut.

Belum ada komentar dari pejabat AS mengenai hal ini. Peringatan itu tampaknya diterbitkan sebagai tanggapan atas beberapa komentar Pentagon, departemen pertahanan AS, yang mengatakan bahwa Washington memiliki “semua wewenang yang perlu untuk melakukan operasi kontra-terorisme melalui udara” di wilayah Afghanistan.

“Kami tetap yakin dalam kapabilitas (yang kami miliki) ketika melangkah maju,” demikian kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada reporter pada Jumat lalu.

China, pada Rabu (29/9), juga menyuarakan penentangannya atas operasi pesawat tak berawak AS di wilayah udara Afghanistan.

“AS harus secara tulus menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Afghanistan,” demikian kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chun-ying dalam sebuah konferensi pers di Beijing.

“Lebih penting lagi, AS harus menghentikan kebiasaan memaksakan intervensi militer seenaknya dan memaksakan kehendaknya pada pihak lain, serta menghindari pengulangan tragedi yang menjerumuskan orang ke dalam kesengsaraan dan penderitaan,” tambahnya.

Sumber: voa

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali