GEMPITA.CO – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklarifikasi kebijakan impor beras yang selama ini dikeluhkan banyak petani.
“Yang mau impor siapa? Jadi memang ada salah satu kementerian yang berencana mau impor karena pandemi ini khawatir hasil panennya bagus apa tidak. Maka saya setelah melihat, impor kita stop dulu karena kita sedang panen,” ujar Jokowi, saat meninjau panen raya padi di Indramayu, Jawa Barat, Rabu (21/4/2021).
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi juga menyinggung sedikitnya alat mesin pertanian (alsintan) dan sulitnya petani mengakses pupuk bersubsidi.
Jokowi berjanji akan memberikan mesin pertanian dan pupuk subsidi kepada petani.
Rencana itu akan dibicarakannya di Kementerian Pertanian.
“Pak Mentan, kirim satu ke sini Combine (mesin pertanian),” kata Jokowi, menunjuk Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang mendampinginya bersama Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso.
Sementara itu, Ketua kelompok Tani Tanimukti, Indramayu, Kaedi (46), mengungkapkan panen raya tahun ini tidak mengalami kendala.
Harga gabah sudah mulai mengalami kenaikan hingga Rp700 per kilogram.
“Harga gabah sekarang alhamdulillah sudah stabil. Jadi sebelum ada sergab (serap gabah) harga gabah itu sampai Rp 3.500 tapi sekarang sudah Rp 4.200 di musim panen raya ini,” ungkapnya
Sebelumnya, pemerintah pusat berencana melakukan impor beras saat petani memasuki masa panen raya.
Rencana pemerintah mengimpor beras di saat memasuki panan raya menuai kecaman sejumlah pihak.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi pun didesak mundur dari jabatannya sebagai meneri karena dinilai kurang cakap mengemban tugas mulia tersebut.
Desakan Muhammad Lutfi untuk mundur dari jabatannya datang dari pengusaha penggilingan beras lokal.
“Kalau saya jadi beliau, lebih terhormat mundur. Demi petani. Semoga beliau dikasih kesehatan selalu,” kata Wakil Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Jakarta Billy Haryanto dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (24/3/2021).
Impor Beras
Sebelumnya, dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI Senin (22/4/2021), Lutfi berkukuh tetap mengimpor beras meski kebijakan itu tidak populer.
Soalnya, kata dia, kebijakan itu ada sebelum ia menjabat demi menambah stok cadangan beras sebanyak 1-1,5 juta ton.
“Kalau memang salah saya siap berhenti,” kata dia.
Akan tetapi Billy menilai keputusan Lutfi yang bakal tetap mengimpor beras menunjukkan Menteri Perdagangan itu tak peduli dengan petani lokal.
“Jadi pejabat itu apalagi seorang Mendag, jangan asal bicara tentang impor. Sebelum ambil keputusan, dia harus bener-bener lihat ke bawah (petani) dahulu,” kata Billy.
Harusnya, sambung Billy, petani menikmati hasil panen dengan harga gabah yang sepadan, bukan menebarkan wacana impor yang membuat harga gabah anjlok.
“Logikanya harus dipakai. Jangan lagi panen malah ingin impor beras,” kata pengusaha beras asal Sragen ini.
Ia mengatakan sekarang ini kondisi petani tengah terpuruk gara-gara wacana impor beras.
Di Tegal, misalnya, harga gabah kering anjlok dari Rp5.000 per kg menjadi Rp3.500 per kg.
“Cari timing yang pas untuk membuat kebijakan strategis apalagi menyangkut petani. Jangan bicara data atau stok sesaat tapi efeknya kira-kira menguntungkan rakyat atau sekelompok orang,” ungkap Billy.
Sebagai menteri, kata Billy, seharusnya Lutfi bisa menghitung kebutuhan beras yang riil di lapangan.
Berkaca dari tahun lalu, Billy mengatakan pemerintah tidak mengimpor beras karena kebutuhan sudah dicukupi dengan hasil petani lokal.
“Kami ini tidak anti impor. Boleh impor tapi waktunya jangan pas panen raya,” tegas Billy.
Soal stok, Billy menyarankan agar berkoordinasi dengan Bulog.
“Hitung kebutuhan Bulog tiap tahun berapa. Wong sekarang ini Bulog pasarnya sudah ditutup pemerintah sendiri. Kalau impor lagi mau disalurkan ke mana itu beras. Yang sekarang ada saja bingung dilepas ke mana,” pungkas Billy.
Sumber: berbagai sumber