Gempita.co – Yousef Moussa warga Arab Saudi mengaku selama bertahun-tahun dia mesti membeli bunga dan hadiah lainnya secara diam-diam di saat momen Valentine.
Sekarang dia tak harus membeli bunga sembunyi-sembunyi sepekan sebelum Hari Valentine untuk sang istri.
“Saya dan istri telah menikah selama 10 tahun. Kami biasa merayakan Hari Valentine di rumah dan akan saling membeli hadiah kecil seminggu sebelumnya. Saya akan memesan bunga, yang harganya dua kali lipat, beberapa hari sebelumnya,” kata Moussa kepada Al Arabiya dipublish CNN Indonesia, Senin (13/2).
Perayaan Valentine memang merupakan budaya yang berasal dari Barat dan dianggap tidak sejalan dengan ajaran Islam. Selama ini, Moussa mengaku harus sembunyi-sembunyi merayakan Hari Valentine demi menghindari sanksi atau hukuman dari Komite untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan atau yang dikenal polisi moral Saudi.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Saudi mulai semakin terbuka dengan budaya lain termasuk dengan perayaan Valentine.
CEO dan Chairman Floward, Abdulaziz al-Loughani, mengatakan belakangan ini pun, banyak orang yang mulai menyerbu toko bunganya secara terang-terangan.
“Setiap tahun, penjualan menjelang dan pada Hari Valentine meningkat beberapa kali lipat dibandingkan hari dan kesempatan lainnya. Setiap tahun kami melihat peningkatan permintaan pada hari Valentine dan banyak orang yang merayakan momen spesial ini,” kata CEO dan Chairman Floward, Abdulaziz al-Loughani.
Sejak Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) diangkat menjadi Putra Mahkota Saudi pada 2017, Saudi memang terus menunjukkan sisi yang lebih moderat. Saudi mulai memperhatikan hak-hak perempuan seperti hak mengemudi dan bepergian, hingga mengizinkan perayaan Valentine hingga Halloween.