Produk UMKM Masuk Jaringan Accor Group, Diharapkan Mampu Memenuhi Selera Pasar Internasional

Gempita
Gempita.co berita terkini hari ini

Surakarta, Gempita.co – Kerja sama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan jaringan hotel global Accor Group telah membuahkan hasil. Terutama mayoritas di  jaringan hotel Accor Group wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta seperti Novotel dan Ibis Hotel kini telah merasakan manfaatnya.

KemenKopUKM berkolaborasi dengan Accor Group melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) penyerapan produk-produk UMKM di jaringan hotel milik Accor Group. Kerja sama ini sangat potensial bagi pelaku UMKM karena Accor Group memiliki lebih dari 5.000 jaringan hotel di seluruh dunia.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam kunjungannya ke Solo, Jawa Tengah, menyaksikan sendiri bagaimana Novotel Solo Hotel, sebagai salah satu jaringan hotel Accor Group, teleh memberikan ruang promosi di lobi hotelnya. Ia mengapresiasi komitmen Accor Group dalam kerja sama tersebut.

“Saya pribadi sangat berterima kasih dan mengapresiasi langkah ini. Kalau bisa ini dijaga karena tak hanya menguntungkan bagi UMKM, tapi ini juga menjadi bisnis lain bagi Accor,” ucap MenKopUKM Teten dalam acara Ramah Tamah dengan mitra UMKM binaan Novotel Solo di Solo, Jateng, Selasa (28/9) malam.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, General Manager (GM) Novotel Hotels & Resort Solo Toat Edi Wijaya, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah Ema Rachmawati, Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman, dan Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo.

Untuk produk UMKM yang akan masuk dalam jaringan Accor Group, MenKopUKM meminta, agar mampu memenuhi standar atau selera pasar internasional. Selain perlu juga ditambah adanya storytelling pada produk tersebut.

“Bayangkan jika satu produk UMKM masuk ke seluruh jaringan itu, sangat besar sekali dampaknya. Terutama dalam memperkenalkan produk Tanah Air,” katanya.

Namun satu yang belum bisa dipenuhi pihaknya dari permintaan Accor adalah, untuk produk minyak kayu putih yang saat ini memiliki banyak permintaan. Lantaran belum banyak UMKM yang memenuhi standar ini.

“Kalau produk UMKM-nya tak sesuai tentunya akan membuat brand image jadi buruk. Kualitas dan standarisasi harus dijaga,” pinta MenKopUKM.

Selanjutnya, produk UMKM juga bisa memberikan cerita menarik pada produknya. Karena karakter pembeli global suka dengan produk yang memiliki value.

“Saat ini di produk wastra, sudah kami lakukan bersama Smesco dengan mencantumkan asal pembuatan produk tersebut. Ini menambah value pada wastra yang akan dijual karena ada cerita menarik di balik pembuatannya,” imbuhnya.

Apalagi dengan perkembangan teknologi digital sekarang ini, semua terhubung dengan mudah. Begitu juga bisnis tak hanya melibatkan B2B (Business to Business) tetapi juga B2C (Business to Customer).

“Tak heran kalau sekarang pembeli dari Eropa pesan langsung produk ke desa di Jawa Tengah,” tegas Teten.

Terkait kendala logistik ekspor yang masih dihadapi sejumlah UMKM , KemenKopUKM kata Teten, telah membuat program bersama Smesco untuk membantu kendala logistik tersebut dengan menggandeng perusahaan logistik Tanah Air dengan biaya terjangkau.

Menanggapi hal ini, General Manager (GM) Novotel Hotels & Resort Solo Toat Edi Wijaya menuturkan, ruang bagi UMKM di Novotel telah dilakukan sejak Agustus 2020. Hingga hari ini, diakui Toat, adanya tempat promosi bagi UMKM membawa dampak positif tak hanya bagi UMKM sendiri, tapi juga bagi tamu dan pihak hotel.

“Bagi UMKM sudah pasti ada akses pemasaran yang pasti, omzet juga meningkat. Bagi tamu hotel ini menjadi alternatif jika tak sempat membeli oleh-oleh kini tersedia di hotel dengan harga terjangkau. Dan bagi pihak hotel sendiri juga biaya yang dikeluarkan juga lebih rendah karena hotel menggunakan produk UMKM langsung dari sumbernya bukan industri, sehingga harga lebih murah dan beban operasional hotel semakin berkurang,” jelas Toat.

Toat menjelaskan, komitmen penyediaan ruang bagi UMKM ini sebagai upaya mengurangi bahan atau produk impor di hotel. Seperti kopi dan teh yang saat ini masih banyak dari luar. Maka ke depan, akan menggunakan  produk UMKM. Saat ini kata Toat, prosesnya tengah mencari produk yang terbaik.

Khusus untuk kopi dan teh jika itu memnag sesuai taste internasional, sebut Toat, maka akan disampaikan juga ke jaringan Accor yang ada di luar negeri.

“Secara nyata yang sudah dilakukan adalah produk yang dipakai harian terutama breakfast hotel sudah menggunakan produk UMKM, mulai dari jamu, cokelat, bahan-bahan rempah, susu hingga roti,” rincinya.

Selanjutnya untuk produk amenitis VIP menjadi produk UMKM. Kemudian Novotel juga menyediakan ruang display di lobi hotel  yang sesuai dengan fokus hotel. Misalnya di Novotel fokus ke UMKM makanan, Royal display khusus batik, dan Ibis dengan produk UMKM handycraft.

“Itu minimum setiap Sabtu dan Minggu ditampilkan, di mana tamu hotel di waktu tersebut cukup ramai. Bahkan setiap ada meeting kementerian selalu kami display produk UMKM,” jelasnya.

Sementara program yang tengah digalakkan adalah Ibis akan menjadi sentra kopi Jateng. Di mana ada satu kafe di sana, yang nanti akan di-set up produk unggulan kopi yang berasal dari 60 kota penghasil berbagai jenis, yang akan di-display di sana. Juga akan dibuat katalog, sehingga eksportir kopi bisa mencoba di kafe tersebut.

“Cita-cita kami dari 100 hotel Accor yang ada di Indonesia, perlahan berawal dari Jawa Tengah, begitu bagus disebarkan di seluruh Indonesia,” tandasnya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali