Gempita.co-Program pendidikan Seni dan Budaya Korea-Indonesia adalah proyek bantuan pengembangan resmi (Official Development Assistance/ODA) yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea (MCST) dan dipersembahkan oleh Korea Arts and Culture Education Services (KACES) dengan kolaborasi bersama L’Art Company, ARCOLABS, Pemerintah Kota Cirebon, dan Sinau Art.
Direktur dari Divisi Sumber Daya Pendidikan di KACES, Yujin Hong, mengatakan proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek Made in Cirebon yang dilaksanakan pada 2020 lalu.
Acara Made in Cirebon tahun ini berlangsung selama Juli-Oktober 2021 yang melibatkan 13 seniman dan sekitar 20 guru serta 175 siswa dari SMPN 1 Kota Cirebon dan SMPN 18 Kota Cirebon.
“Proyek ODA ini bertujuan untuk menumbuhkan inovasi dan sistem pendidikan seni dan budaya yang berkelanjutan di Indonesia melalui kerja sama dengan seniman lokal. Pendidikan seni dan budaya bisa menjadi metode yang efektif untuk menumbuhkan kreativitas dan imajinasi, kemampuan yang sangat penting dan bisa mengubah kehidupan seseorang,” kata Yujin Hong secara virtual, Jumat (15/10/2021).
Pada proyek ini, KACES melanjutkan kerja sama dengan ARCOLABS – Center for Art and Community Management sebagai mitra lokal yang menyelenggarakan proyek di Indonesia.
Dalam riset yang telah dilakukan sebelumnya, ARCOLABS menemukan adanya tantangan-tantangan genting yang dihadapi oleh pendidikan seni dan budaya di Indonesia, termasuk alokasi jam pembelajaran yang kurang dan bidang keahlian guru.
Meski telah ada sejumlah upaya pendidikan seni alternatif yang dicetuskan oleh swasta atau kolektif seniman dan pemerintah, upaya-upaya independen ini masih perlu dikaji lebih jauh terkait efektivitas materi dan dampaknya kepada siswa. Made in Cirebon berusaha untuk mencari solusi dari tantangan ini lewat kurikulum yang sudah ada.
Direktur ARCOLABS, Jeong Ok Jeon, menyatakan bahwa tujuan ini diterjemahkan lewat fokus program pada kolaborasi dengan seniman lokal melalui model pembelajaran terintegrasi. Untuk memberikan pembelajaran yang komprehensif, kelas-kelas seni ini dikembangkan dengan menggabungkan seni media baru, alam dan pengetahuan lingkungan, budaya dan tradisi lokal, musik, seni, sastra, sains dan seni performans.
“Melalui pendekatan multidisipliner ini, peserta juga bisa memperdalam minat mereka di bidang seni dan budaya, memperluas pengetahuan mereka akan dunia dengan tetap membuka diri untuk mencari solusi terhadap permasalahan komunitas,” ujar Jeong Ok Jeon.
Dengan program yang kembali dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19, tema proyek di tahun ini adalah “Trust and Growth” yang berusaha memusatkan perhatian kita pada kesempatan-kesempatan untuk terhubung kembali, membangun dan mempertahankan rasa percaya, di tengah mobilitas yang serba terbatas untuk bisa mencapai perkembangan diri baik secara personal maupun profesional.
Sementara Nico Broer, pendiri Sinau Art manyatakan menjalankan program ini di tengah situasi pandemi memang menantang, apalagi karena di tahun ini kami melibatkan lebih banyak siswa dan guru.
“Berhubung ini adalah tahun kedua, kami lebih percaya diri dibandingkan tahun lalu, tetapi di saat yang sama ada banyak sekali pembelajaran baru tidak hanya terkait eksplorasi teknik atau medium, tetapi juga tentang budaya dan komunitas lain. Jadi ini adalah pembelajaran dan pengalaman yang penting dan bermakna bagi kami,” pungkasnya.
Selama Juli hingga Oktober, ada empat kegiatan yang berlangsung.
1. Workshop for Teaching Artists: 26 – 27 Juli 2021
Lokakarya ini bertujuan memberikan seniman pengajar dan seniman lokal dengan informasi tentang program, masyarakat Indonesia dan Cirebon serta kiat menggabungkan praktik artistik mereka dengan audiens yang berbeda.
Seniman Pengajar merupakan seniman Korea dan Indonesia dari berbagai displin:
Park Seung Soon (seniman Mmdia, Korea), Aprina Murwanti (pendidik dan seniman tekstil, Indonesia), Rizki Taufik Rakhman (pendidik desain grafis dan pencerita, Indonesia)
2. Workshop for Local Artists (Sinau Art): 9 – 14 Agustus 2021
Lokakarya oleh Seniman Pengajar kepada Seniman Lokal di Cirebon, untuk mengembangkan materi pelatihan dan konten kreatif kepada Guru, Siswa, dan masyarakat Cirebon.
Seniman Lokal dipilih dari kolektif seniman Sinau Art yang berbasis di Cirebon:
Agus Rachmat (Tekstil), Bertrand Prayoga (MC), Danny Roza (Fotografi),
Hafrizal Suyandi (Musik), Muchamad Faizal (Film), Mulyana (Karawitan), Saeroji (Musik Kontemporer), Saiful Hadi (Sastra), Titis Nur Ennisa (Tekstil), Yeni Yuli Umiyati (Kriya)
3. Workshop for Teachers and Students:
20 – 24 September 2021 (SMPN 18 Kota Cirebon)
27 September – 1 Oktober 2021 (SMPN 1 Kota Cirebon)
Dipandu oleh para seniman Sinau Art, workshop ini bertujuan untuk membantu guru dan siswa di Cirebon menggunakan seni dan teknologi sebagai alat belajar, komunikasi, dan berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global. Di tahun kedua ini, program berlanjut dengan SMPN 1 Kota Cirebon yang telah berpartisipasi pada 2020, dan memulai kerja sama baru dengan SMPN 18 kota Cirebon untuk memperluas cakupan program ke peserta yang lebih banyak.
Dengan protokol kesehatan yang ketat, total ada 175 siswa dan 20 guru yang berpartisipasi dalam 5 lokakarya yang menggabungkan unsur budaya, sains, alam, dan seni media.
4. Final Presentation: 15 October 2021
Presentasi Akhir berupa pameran kecil yang menampilkan hasil belajar siswa dan presentasi dari para seniman yang terlibat. Acara ini juga akan menjadi penutupan dari proyek Made in Cirebon tahun 2020.
Presentasi ini akan disiarkan melalui Zoom, YouTube, dan Instagram ARCOLABS dengan acara yang meliputi launching video dokumenter, presentasi siswa dan diskusi bersama seniman.
Korea Arts and Culture Education Services (KACES) didirikan pada 2005 dengan misi untuk membina pengayaan budaya dan meningkatkan kapasitas nasional dalam kebudayaan dengan memberikan akses pendidikan seni dan budaya yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, KACES pun mengembangkan nilai seni dan budaya di level internasional melalui upaya networking serta eksplorasi visi dan prospek pendidikan seni dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman lewat kerja sama global.
Made in Cirebon adalah bagian dari program kerja KACES di bidang Proyek Official Development Assistance (ODA) yang dimulai tahun 2020. Melalui proyek ini, KACES berkolaborasi dengan mitra-mitra terkait untuk mendukung komunitas di Cirebon mempertahankan identitas budaya mereka dan berkembang secara kompetitif secara jangka panjang melalui revitalisasi pendidikan seni dan budaya.
ARCOLABS didirikan pada 2014 sebagai Center for Art and Community Management dalam sebuah universitas di Indonesia. Sejak 2016, ARCOLABS telah beroperasi sebagai institusi kuratorial independen, terpisah dari universitas. Misi kami adalah meningkatkan kreativitas dan inovasi melalui beragam proyek berbasis praktik, termasuk pameran seni, proyek pengembangan komunitas, lokakarya, riset, dan berbagai kegiatan akademik dan nonakademik lainnya.
Dalam proyek Made in Cirebon, ARCOLABS berfungsi sebagai mitra yang mengorganisir serta mengeksekusi program dan bekerja sama dengan KACES, L’Art Company, Pemerintah dan Dinas Pendidikan Kota Cirebon, seniman dan sekolah.
Sinau Art didirikan pada 2006 sebagai kolektif seniman dan komunitas yang berbasis di Cirebon. Dengan fokus pada pendidikan seni untuk anak-anak dan isu-isu lingkungan, mereka telah mengembangkan sejumlah program dan modul pembelajaran untuk meningkatkan perhatian mengenai seni, budaya, dan lingkungan.
Sinau Art adalah penyelenggara dari Jagakali International Art Festival, sebuah festival seni dengan fokus ekologi dan aktif berkolaborasi dengan komunitas lokal dan internasional. Mereka memiliki ruang belajar di Tabalong, Cirebon.
Dalam proyek Made in Cirebon, Sinau Art adalah seniman lokal yang menerima pelatihan dari Seniman Pengajar, kemudian mengembangkan dan mengimplementasikan materi pembelajaran untuk dibagikan kepada guru dan siswa di sekolah.