Jakarta, Gempita.co – Banyaknya informasi-informasi salah atau hoaks bisa menimbulkan keresahan di masyarakat. Penyebarannya pun sangat cepat, satu hoaks bisa tersebar ke ribuan orang melalui berbagai platform media. Bahkan, hampir tiap hari ditemukan hoaks, seolah menyebar kabar bohong sudah menjadi kebiasaan.
Mudahnya akses konsumsi dan produksi informasi melahirkan dunia yang penuh dengan informasi. Saat ini, tidak hanya menghadapi pandemi COVID-19 saja, namun juga infodemi yang berisikan hoaks.
Seperti baru-baru ini beredar di media sosial Facebook, sebuah postingan berupa foto seorang bayi. Postingan diiringi dengan narasi yang mengklaim bahwa bayi tersebut merupakan korban vaksinasi COVID-19.
Berdasarkan penyelidikan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dengan penelusuran melalui google search image, foto tersebut pernah diunggah pada 17 September 2016, dan tidak ada kaitannya dengan vaksin COVID-19.
Postingan tersebut baru satu dari sekian banyak hoaks tentang vaksin COVID-19 yang beredar dan berasal dari sumber-sumber informasi yang tidak resmi serta tidak terpercaya.
Terkait pandemi COVID-19, sejak pandemi diumumkan pada Maret 2020, sumber informasi resmi pemerintah adalah situs covid19.go.id dan media sosial resmi adalah akun dengan nama lawan Covid 19.
“Kita bisa menemukan bahwa berita yang paling benar tentang vaksinasi COVID-19 yang berasal dari sumber resmi yang mengutip dari para ahli di bidangnya. Berita dari sumber resmi ini sudah diverifikasi secara ilmiah dan akademis,” ujar dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Pemerintah dan Duta Perubahan Perilaku, dalam keterangan pers Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (25/1).
Menurut dr. Reisa, dari sumber resmi terkait COVID-19 tersebut, bisa ditemukan semua informasi yang aktual dan faktual.
“Kita bisa temukan semua informasi tentang penanganan pandemi termasuk 3T dan 3M. Kemudian pemulihan ekonomi nasional, dan yang terkini adalah berita perkembangan program vaksinasi COVID 19,” terang dr. Reisa.