Gempita.co- Bos Tesla dan SpaceX, Elon Musk, buka suara soal ramalan gila Presiden Rusia 2008-2012, Dmitry Medvedev, yang memprediksi dirinya bakal menjadi Presiden Amerika Serikat.
“Utas yang epik!” jawab Musk dalam kolom komentar kicauan Medvedev di Twitter pada Rabu (28/12).
“Itu pasti prediksi paling absurd yang pernah saya dengar, sekaligus menunjukkan kurangnya kesadaran akan kemajuan kecerdasan buatan dan energi berkelanjutan,” paparnya lagi.
Dalam sebuah utas yang cukup panjang di Twitter, Medvedev meramal perang bakal pecah di Eropa hingga Amerika Serikat pada 2023 mendatang.
Menurut sekutu Presiden Vladimir Putin yang kini menjadi Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia itu, perang bakal terjadi antara Jerman dengan Prancis pada 2023. Ia juga menyinggung soal perpecahan wilayah di Eropa.
“Perang akan pecah antara Prancis dan Reich Keempat [penerus Nazi Jerman]. Eropa akan dibagi, pembagian Polandia akan diulang dalam prosesnya,” kata Medvedev.
Ia juga menyebut perang saudara akan meletus di Amerika Serikat yakni California dan Texas. Ini bisa menyebabkan Musk, orang paling tajir di dunia saat ini, bisa menjadi presiden Negeri Paman Sam.
“Elon Musk akan memenangkan pemilihan presiden di sejumlah negara bagian, setelah berakhirnya Perang Sipil baru, akan diberikan kepada Partai Republik,” lanjut Medvedev lagi.
Eks PM Rusia itu juga sempat memuji Musk gegara polling di Twitter yang mengusulkan solusi invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam polling kontroversialnya beberapa waktu lalu, Musk bertanya kepada 123,5 juta pengikutnya apakah Ukraina lebih baik menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Rusia agar perang berhenti atau tidak.
Selain itu, Medvedev juga turut meramal Inggris akan kembali bergabung dengan Uni Eropa. Di mata dia, organisasi ini tak lagi bertahan lama usai London masuk.
Irlandia Utara, lanjutnya, juga akan berpisah dari Inggris dan bergabung dengan Republik Irlandia. Tak hanya soal geopolitik, Medvedev meramal harga minyak tahun depan dan kondisi ekonomi dunia.
“Harga minyak akan naik menjadi US$150 [sekitar Rp2,3 juta] per barel, dan harga gas akan mencapai $5.000 [sekitar Rp78 juta] per 1.000 meter kubik.