Satgas Raisa Broto Paparkan Cara Cegah Gelombang Ketiga Covid-19

Reisa sebagai Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional. Foto:Antara)

JAKARTA, Gempita.co-Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro memaparkan cara untuk mencegah gelombang ketiga Covid-19 berdasarkan pengalaman kenaikan kasus yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Padahal cakupan vaksinasi di Amerika Serikat dan Eropa sudah tinggi.

Reisa menjelaskan, berdasarkan pemaparan dari dr Maria Van Kerkhove dari WHO disebutkan bahwa pola penyebaran Covid-19 yang terdapat di seluruh Eropa dan dunia sepenuhnya dapat diprediksi.

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

“Karena ketika kita menghilangkan langkah-langkah pencegahan dan tidak lagi mengikuti panduan PPKM atau panduan kesehatan masyarakat dan aktivitas sosial WHO, ketika kita lengah seputar penggunaan masker dan jaga jarak, dan tidak lagi memperhatikan ventilasi, tidak lagi menghindari keramaian, sementara varian baru virus masih ada,” ujar Reisa saat konferensi pers, yang dikutip pada Sabtu (20/11).

Reisa mengatakan, selama masyarakat masih meningkatkan mobilitas sosial, sementara cakupan vaksinasi belum 100 persen, maka virus akan berkembang. Hal inilah yang terjadi di Amerika dan Eropa.

Apalagi di setiap periode libur panjang, mobilitas masyarakat semakin meningkat dan berujung pada peningkatan kasus. Di Indonesia, kenaikan kasus terjadi setelah libur Natal dan Tahun Baru pada tahun lalu serta setelah periode libur lebaran.

“Tentunya setelah mobilitas dan interaksi sosial meningkat tajam, akhir-akhir inipun kita menyaksikan tren yang sama,” kata dia.

Berdasarkan data google mobility pada 15 November 2020 menunjukan kegiatan rekreasi atau ke tempat wisata kembali naik. Begitu juga dengan kegiatan silaturahmi yang juga meningkat.

Meskipun pada PPKM level 1 aktivitas tersebut tak ada yang salah, namun ia mengingatkan bahwa virus masih ada dan tetap bermutasi. Selain itu, cakupan vaksinasi juga belum mencapai 100 persen, dan kemungkinan disiplin prokes juga akan menurun.

“Tentu ini sangat berbahaya,” tambah Reisa.

Kendati demikian, berdasarkan pantauan Satgas per 14 November 2021 menunjukan bahwa persentase masih tinggi dalam pemakaian masker. Namun, di berbagai tempat seperti di restoran, tempat wisata, dan pemukiman justru kepatuhan memakai masker masih rendah.

Untuk mengantisipasi ancaman gelombang ketiga pada periode libur Natal dan Tahun Baru, pemerintah pun berencana melakukan pengetatan mobilitas masyarakat. Sejumlah kegiatan diusulkan untuk dilarang seperti acara pergantian tahun baru, pesta kembang api, pawai arak-arakan di tahun baru, event perayaan tahun baru di mal, dan kegiatan seni budaya serta olahraga.

“Pengetatan dan pengawasan prokes juga dilakukan di sejumlah destinasi, terutama di gereja di saat perayaan Natal, tempat perbelanjaan, sekolah, restoran, dan destinasi wisata,” kata dia.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali