Gempita.co – Press Emblem Campaign (PEC) yang berbasis di Jenewa, menyebutkan pandemi Covid-19 telah merenggut nyawa sedikitnya 2.000 jurnalis di 94 negara sejak Maret 2020, tetapi angka itu “perkiraan keseluruhan yang rendah,” menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada Jumat.
Setidaknya 1.400 pekerja media meninggal setelah terpapar virus pada 2021, rata-rata 116 orang setiap bulan.
“Jumlah korban sebenarnya tentu lebih tinggi, karena penyebab kematian jurnalis terkadang tidak ditentukan, atau kematian mereka tidak diumumkan,” kata kelompok itu.
“Di beberapa negara, tidak ada informasi yang dapat dipercaya, dan angka 2.000 adalah perkiraan keseluruhan yang rendah,” imbuh organisasi tersebut.
PEC mencatat bahwa jumlah kematian melambat tahun lalu setelah vaksin tersedia.
Dari 1.940 kematian jurnalis yang didaftarkan oleh PEC sejak Maret 2020, hanya sekitar setengahnya – tepatnya 954 – berada di Amerika Latin.
Asia mengikuti jumlah kematian terbanyak dengan angka kematian 556, setelah itu Eropa 263, Afrika dengan 98, dan Amerika Utara dengan 69 kasus kematian.
Lebih dari 50 kematian masih dalam penyelidikan, kata kelompok itu.
Di antara negara-negara tersebut, Brasil dan India mencatat jumlah besar dengan masing-masing 295 dan 279 kematian.
Namun, angkanya bisa mencapai 400 di India, menurut Nava Thakuria, perwakilan PEC untuk negara Asia Selatan.
Peru telah mencatat 199 kematian akibat virus pada jurnalis, diikuti oleh Meksiko dengan 122, Kolombia pada 79, dan Bangladesh dengan 68.
Di AS, setidaknya 67 jurnalis telah meninggal karena Covid-19, sementara Italia melaporkan jumlah korban tertinggi 61 di antara semua negara Eropa.
Disusul Venezuela (59), Ekuador (51), Argentina (46), Indonesia (42), Rusia (42), Iran (34), Inggris (33), Turkiye (29), Republik Dominika (29), Pakistan (27), Nepal (23), Mesir (22), dan Bolivia (20).
Honduras, Afrika Selatan, Spanyol, dan Ukraina semuanya telah mencatat 19 kematian sejauh ini, ungkap PEC.
Sumber: anadolu agency