Soal Isu Virus Corona Menyebar Lewat Udara, Ini Penjelasan Protokol Gugus Tugas

Jakarta, Gempita.co-Cara penularan virus corona jadi perhatian publik sejak awal pekan ini.

Sebabnya, sejak akhir pekan kemarin ada 239 ilmuwan dari 32 negara menuntut Organisasi

Bacaan Lainnya
Gempita Bali Transport

Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengakui bahwa virus penyebab COVID-19 itu menyebar lewat udara.

Menanggapi isu soal bagaimana virus corona bertransmisi dari satu orang ke orang lain,

juru bicara pemerintah untuk Gugus Tugas COVID-19, Achmad Yurianto, memberikan pesan protokol kesehatan baru untuk masyarakat.

Yuri bilang, penularan virus corona memang berasal dari tetesan liur atau droplet orang yang telah terinfeksi.

Namun, droplet ini ada yang ukurannya kecil yang disebut sebagai mikro droplet.

Nah, dari droplet super kecil inilah virus corona memiliki waktu cukup lama untuk bisa hilang dari lingkungan, terutama di wilayah yang tertutup dengan ventilasi yang tidak terlalu baik.

“Maka mikro droplet ini akan melayang-layang (di udara) dalam waktu yang relatif lama,” kata Yuri, dalam konferensi pers update corona, Kamis (9/7).

Untuk mencegah penularan virus, masyarakat tentu harus menggunakan masker, menjaga jarak, dan rajin cuci tangan, kata Yuri.

Tak hanya itu, Yuri berpesan bahwa masyarakat juga perlu untuk memperhatikan sirkulasi udara di mana dia berada.

Untuk karyawan yang bekerja di ruangan kantor, misalnya, mereka perlu memastikan bahwa ventilasi yang ada mencukupi agar udara di ruangan terganti setiap hari.

“Kemudian, sebisa mungkin untuk mendapatkan akses udara segar dari luar bisa dilakukan, lakukan itu,” kata Yuri.

Tak hanya di ruang tempat kerja, masyarakat juga perlu memperhatikan sirkulasi udara di kendaraan mereka.

Menurut Yuri, masyarakat yang memiliki mobil perlu menyempatkan diri setiap pagi untuk membuka jendela kendaraan.

Tujuannya, agar udara yang ada di dalam ruangan kendaraan kita diberi kesempatan untuk digantikan dengan udara yang baru yang berasal dari luar.

“Agar tidak kita berada dalam satu lingkungan udara yang tidak pernah tergantikan, terjebak dalam satu ruang terbatas, dengan AC yang tersirkulasi di dalamnya,” kata Yuri.

“Patuhi protokol kesehatan. Ini cara satu-satunya kalau kita ingin terbebas dari kemungkinan penularan COVID-19. Kita harus melakukan ini bersama-sama, konsisten, disiplin. Kita pasti bisa,” pungkasnya.

Revisi protokol kesehatan sendiri memang penting jika penularan virus corona memang terjadi melalui udara.

Sejauh ini, WHO belum merevisi pedoman mereka soal bagaimana virus corona menyebar. Mereka masih menyebut bahwa penularan utama virus corona terjadi melalui droplet ketika seseorang batuk atau bersin.

Dalam pedoman mereka, WHO memang menyebut bahwa penularan virus corona memang mungkin terjadi melalui aerosol di udara jika droplet yang ada berukuran lebih kecil dari 5 mikron. Namun, hal itu hanya terjadi ketika mungkin prosedur medis, misalnya, saat intubasi endotrakel yang memasukkan alat bantu pernapasan berupa tabung ke dalam tenggorokan pasien lewat mulut atau hidung.

Kendati belum mengubah pedoman mereka, WHO telah mengakui bahwa penularan virus corona sangat mungkin terjadi lewat udara. Hal ini disampaikan oleh pimpinan teknis WHO pada pengendalian infeksi, Benedetta Allegranzi, pada Rabu (8/7).

“Kami akui bahwa ada bukti yang muncul di bidang ini, seperti bidang-bidang lainnya tentang pandemi COVID-19,” kata Alleganzi. “Kami harus percaya dan terbuka terhadap bukti ini dan harus memahami implikasinya terkait penularan dan tindakan pencegahan yang mesti diambil,” paparnya.

Pos terkait

Iklan Layanan Masyarakat Kemenkumham Bali