Jakarta, Gempita.co – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) menyalurkan bantuan kepada Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (Kompak) di Bone, Sulawesi Selatan.
Bantuan Kompak diserahkan secara langsung oleh Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar kepada kelompok masyarakat Bajo Bersatu pada akhir Oktober lalu.
Bantuan yang diberikan berupa 3 set alat selam, 5 set alat dasar selam, kamera underwater, dan paket sejumlah 50 rak sarana transplantasi karang mode jaring laba-laba dari bahan besi.
Acara penyerahan bantuan ini diawali dengan Webinar Transplantasi dan Jejaring Terumbu Karang dengan pembicara kunci Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) Andi Rusandi dan Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekologi Kelautan Prof Jamaluddin Jompa.
Hadir sebagai narasumber lainnya Peneliti Madya Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) Jatiluhur Mujiyanto dan Kepala BPSPL Makassar Andry Indryasworo Sukmoputro.
Plt. Dirjen PRL, Tb. Haeru Rahayu yang akrab disapa Tebe menegaskan pemberian bantuan kompak bertujuan mewujudkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dan jenis ikan yang dilindungi melalui penyediaan sarana dan prasarana konservasi bagi masyarakat yang melakukan kegiatan perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan kawasan konservasi dan jenis dilindungi.
“Pengelolaan konservasi baik kawasan maupun jenis ikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Dalam RPJMN 2020-2024, kami menargetkan penambahan luasan kawasan konservasi, pengelolaan efektif kawasan konservasi, dan perlindungan pelestarian jenis ikan terancam punah,” ujar Tebe dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (18/11).
Tebe menekankan, tanggung jawab konservasi tidak hanya melekat di kami saja di pemerintah pusat, tetapi kami mohon dukungan LSM dan pemangku kepentingan lainnya karena pemerintah memiliki keterbatasan, baik sumber daya manusia dan anggaran. “Untuk itu, sinergitas dengan semua stakeholder sangat kami harapkan,” ujarnya.
Meningkatkan Efektivitas
Senada dengan Dirjen PRL, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) Andi Rusandi mengatakan tujuan pemberian bantuan Kompak adalah untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan di Indonesia. Menurutnya hingga saat ini, telah dibentuk 197 kawasan konservasi perairan yang tersebar di Indonesia yang perlu dijaga dan dikelola dengan baik.
“Mengelola laut dan mengelola kawasan konservasi tidak bisa hanya dilakukan oleh KKP, Pemda dan UPT saja. Kita perlu memberdayakan masyarakat sekitar dengan memberi bantuan Kompak,” kata Andi di Jakarta.
Andi mengungkapkan, bantuan Kompak merupakan program KKP yang sudah digulirkan sejak tahun 2016. Hingga saat ini, sudah ada 174 kelompok masyarakat penggerak konservasi yang diberikan bantuan dengan total anggaran sebesar Rp6,2 miliar dengan nilai bantuan sebesar Rp94 juta per kelompok. Dari 174 kelompok penerima bantuan, 34 kelompok berada di wilayah Sulawesi.
“Dari 34 kelompok di Sulawesi yang berada dibawah binaan BPSPL Makassar, kami sangat berharap sekali dapat berjalan dengan baik, dengan tidak meninggalkan pemangku kepentingan lainnya. Target kami untuk Kompak adalah bagaimana bisa ada aktivitas yang bermanfaat untuk masyarakat,” ungkapnya.
Mendukung Upaya Pemerintah
Sementara itu, Kepala BPSPL Makassar Andry Sukmoputro menuturkan Kompak Bajo Bersatu merupakan salah satu kelompok yang memfokuskan dan bertujuan untuk mendukung upaya pemerintah dalam menjaga, mengelola dan memanfaatkan kawasan konservasi atau ekosistem terumbu karang yang berada dalam kondisi yang baik. Sehingga diharapkan dapat terus memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat Bajo dan sekitarnya.
“Harapannya kelompok Bajo Bersatu ini bisa memanfaatkan bantuan yang diberikan secara optimal, serta mengembangkan kegiatan perikanan terumbu karang, pengelolaan kawasan konservasi dan kegiatan wisata bahari,” pesan Andry di Bone.
Penyerahan bantuan Kompak turut disaksikan secara luring dan daring oleh Anggota Komisi IV DRPR RI Andi Akmal Pasluddin, Penasihat Menteri KP Jamaluddin Jompa, Peneliti Balai Riset Pemulihan SDI Mujiyanto, Kadis Kelautan dan Perikanan Kab. Bone, Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone, Kepala SUPM Kab. Bone, Camat Tanete Riattang Timur, Lurah Bajoe, Kepala Cabang Dinas Kelautan (CDK) Bosowasi, Lantamal VI Makassar, Kepala BRPBAP3 Maros, Penyuluh Perikanan, dan Pembina-Pembina (KKSB) Kerukunan Keluarga Suku Bajo.
Jaga Ekosistem Terumbu Karang
Penasihat Menteri KP, Prof. Jamaluddin Jompa dalam Webinar menyampaikan ekosistem terumbu karang memiliki potensi yang sangat besar namun kondisinya cenderung semakin rusak. Penyebab rusaknya terumbu karang antara lain penangkapan berlebih dan merusak (over fishing, destructive fishing), penambangan karang, pemutihan karang, sedimentasi, virus coralli, eutrofikasi, wabah penyakit, gempa buni, tsunami, dan ledakan populasi alga.
“Langkah cepat dan tepat untuk menangani kerusakan terumbu karang perlu dilakukan karena pemulihan terumbu karang secara alami sangat lambat. Oleh karena itu, kita perlu mencegah dan memperlambat laju kerusakan dan memfasiltasi proses pemulihan melalui kawasan konservasi dan restorasi terumbu karang,” jelas Jompa.
Dalam forum yang sama, Peneliti Madya BRPSDI Mujiyanto menerangkan tentang Teknologi Pemulihan Terumbu Karang melalui “Bio-Transplants”, sebuah metode pemulihan karang yang sangat mudah karena tidak memerlukan keahlian khusus seperti kemampuan diving karena metode ini dilakukan di perairan yang dangkal. Metode Bio-Transplants ini memiliki manfaat secara Abiotik, Biotik hingga Community.
“Secara biotik metode ini merehabilitasi karang, ekosistem terumbu karang, pulihnya daerah asuhan serta puluhnya rantai makanan. Sedangkan secara community metode ini dapat memudahkan dalam pengaplikasian dan pemanfaatannya,” terang Mujiyanto
Sementara itu, Andry menyampaikan BPSPL Makassar telah menginisiasi pembentukan Coral Stock Centre (CSC) di Pantai Malalayang Manado sejak tahun 2015. Diungkapkannya, pada CSC Malalayang telah dilakukan transplantasi sebanyak 95 rak, 1360 substrat, dengan 21 spesies karang.
“CSC Malalayang ini bertujuan sebagai pusat pendidikan dan pembelajaran rehabilitasi terumbu karang, menjadi pusat penyediaan anakan karang untuk kegiatan transplantasi dan rehabilitasi karang di Sulawesi Utara dan ekowisata bahari berupa adopsi karang,” imbuh Andry.
Sumber: Humas Ditjen Pengelolaan Ruang Laut