Jakarta Gempita.co – Perselisihan Amerika Serikat (AS) dan China mendekati titik nadir.
Kedua negara tengah aktif menggelar simulasi perang untuk menunjukkan kekuatan militernya.
Angkatan Laut AS dilaporkan akan menggelar latihan perang berskala besar di 17 zona waktu berbeda di muka bumi, mulai dari Laut Hitam di Eropa, hingga Laut China Selatan di Asia. Sementara China dilaporkan bakal meluncurkan rudal balistik anti-kapal berjulukan pembunuh kapal induk.
Laporan yang dirilis Komando Pasukan Armada AS hari Selasa (3/8) lalu, dijelaskan bahwa latihan besar-besaran dimaksudkan untuk menyempurnakan bagaimana menyinkronkan operasi maritim di beberapa armada untuk mendukung pasukan gabungan.
“Latihan Skala Besar (LSE) lebih dari sekadar latihan, ini memanfaatkan kekuatan tempur terintegrasi dari beberapa kekuatan angkatan laut untuk berbagi sensor, senjata, dan platform di semua domain di lingkungan yang diperebutkan, secara global,” ungkap Laksamana Christopher W. Grady, komandan, Komando Pasukan Armada AS, dikutip Sputnik News, Minggu (8/8/2021).
Latihan ini akan berlangsung hingga 16 Agustus 2021 dan berlangsung di 17 zona waktu yang berbeda di berbagai penjuru dunia.
Angkatan Laut AS mengatakan bahwa titik latihan mencakup wilayah Laut Hitam, Laut Mediterania, Laut China Timur, hingga Laut China Selatan.
Beberapa titik tersebut kemungkinan besar dipilih karena memiliki risiko konflik terbesar di masa depan. AS memiliki kepentingan strategis di kawasan tersebut karena dekat dengan Rusia dan China.
Beberapa perairan Eropa juga dipilih untuk memperkuat koordinasi dengan sejumlah aliansi AS di NATO.
Inti dari pelatihan skala besar ini akan berada pada optimalisasi peran 11 kapal induk kelas Nimitz dan kelas Ford, yang merupakan seri kapal induk terbesar AS.
Sputnik News melaporkan bahwa kapal serbu amfibi yang lebih kecil yang digunakan oleh Korps Marinir juga akan difungsikan layaknya kapal induk karena mampu menampung helikopter dan F-35.
Dilansir dari Star and Stripes, sekitar 36 kapal dan lebih dari 50 unit virtual, selain personel militer, sipil, dan kontrak, akan berpartisipasi dalam latihan tersebut.
Enam komando komponen angkatan laut dan Korps Marinir, lima armada AS dan tiga Pasukan Ekspedisi Marinir akan dilibatkan.
Pentagon juga dikabarkan telah merancang agenda latihan angkatan laut lanjutan yang mencakup wilayah Kutub Utara.
Kutub Utara mulai dilihat Pentagon sebagai titik rawan konflik karena perubahan iklim menyebabkan lapisan es kutub mencair dan memungkinkan eksploitasi sumber daya perikanan dan mineral di wilayah tersebut.
Sementara itu, China mengelar latihan militer mulai Jumat (6/8) hingga Selasa (10/8) pekan depan di Laut China Selatan.
Dalam latihan ini, China bakal meluncurkan rudal balistik anti-kapal berjulukan pembunuh kapal induk.
Menurut beberapa pengamat militer, latihan itu menyerupai kegiatan tahun lalu, di mana Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan latihan tembak langsung rudal balistik anti-kapal dengan julukan pembunuh kapal induk.
Laporan Global Times, Badan Keselamatan Maritim China pada Rabu (4/8) mengeluarkan pemberitahuan: kapal lain dilarang memasuki zona pembatasan navigasi mulai Jumat hingga Selasa pekan depan, menyusul latihan militer PLA.
Koordinat dalam pemberitahuan tersebut menunjukkan zona eksklusi membentang dari perairan di Tenggara Pulau Hainan hingga sebagian besar perairan di sekitar Kepulauan Xisha, National Defense Newspaper melaporkan pada Kamis (5/8).
Pemberitahuan itu tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang latihan militer PLA itu.
Tapi, sebuah kantor berita yang berbasis di Taipei, Taiwan, menyebutkan, PLA akan meluncurkan rudal balistik anti-kapal di Laut China Selatan seperti dalam latihan militer tahun lalu.
Rudal bisa menjangkau 4.500 kilometer
Latihan tahun lalu, yang berlangsung dari 24 hingga 29 Agustus, juga menampilkan zona pembatasan navigasi di lokasi yang hampir sama dan dengan ukuran yang sama yang Badan Keselamatan Maritim China umumkan.
Media AS mengutip pejabat pertahanan negeri uak Sam melaporkan, China meluncurkan empat rudal balistik jarak menengah ke Laut China Selatan dalam latihan tahun lalu, mendarat di wilayah antara Pulau Hainan dan Kepulauan Xisha.
Ini secara luas media asing tafsirkan sebagai PLA menguji rudal balistik anti-kapal, mungkin DF-21D dan DF-26 yang mendapat julukan pembunuh kapal induk.
Latihan PLA tahun ini di Laut China Selatan kemungkinan akan menampilkan latihan anti-kapal, Xu Guangyu, penasihat senior Asosiasi Kontrol dan Perlucutan Senjata China, mengatakan kepada Global Times pada Kamis.
Baik rudal anti-kapal berbasis kapal dan darat, termasuk rudal dalam seri DF, memiliki jangkauan yang jauh, dan itulah sebabnya latihan tersebut membutuhkan area yang begitu luas, kata Xu.
Sementara thedrive.com melaporkan, mengutip citra satelit, kapal induk kedua China, Shandong, pekan lalu berada di Laut China Selatan untuk latihan.
Mampu menyerang target bergerak di laut, DF-26 mendapat julukan pembunuh kapal induk. Pada Januari 2019, peluncuran DF-26 diperlihatkan kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya.
Rudal itu bisa membawa hulu ledak konvensional dan nuklir. Bukan cuma itu, DF-26 mampu melancarkan serangan presisi pada sasaran di darat dan kapal-kapal medium juga besar di laut.
DF-26 diperkirakan memiliki jangkauan 4.500 kilometer, menurut sebuah laporan situs berita China, china.com.cn.
Artinya, DF-26 bisa menjangkau banyak wilayah perairan Pasifik Barat dan Samudra Hindia, bahkan mencapai fasilitas militer AS di Guam, Darwin, serta Diego Garcia.
Sumber: asiatoday