Jakarta, Gempita.co – Aparat keamanan berharap bisa menangkap seluruh anggota kelompok Teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dalam dua bulan ke depan.
Penanggung Jawab Komando Operasi (PJKO) Madago Raya, Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengatakan optimis dengan dukungan berbagai pihak, keberadaan MIT dapat tertangani secepatnya.
“Semangat yang diberikan kepada kami oleh tokoh masyarakat, lintas agama, legislatif, pemerintah daerah untuk kita bersama-sama, bersinergi dan bergandengan tangan menyelesaikan masalah ini. Kami dikasihkan target untuk pihak keamanan dua bulan,” kata Irjen Abdul Rakman Baso usai rapat dengar pendapat terkait situasi keamanan di Kabupaten Poso dan sekitarnya di Ruang Sidang Utama DPRD Provinsi Sulawesi Tengah.
Irjen Abdul Rahman yang juga Kapolda Sulteng itu menegaskan aparat keamanan TNI-POLRI terus melakukan pengejaran terhadap anggota MIT. Tidak hanya itu, aparat keamanan juga menata pengamanan di sekitar premukiman masyarakat yang berbatasan dengan gunung biru yang menjadi wilayah pergerakan kelompok itu.
Ribuan Petani Terdampak
Desakan agar Satgas Madago Raya segera menangkap kelompok itu makin menguat menyusul serangkaian aksi teror oleh MIT. Pada November 2020, MIT membunuh empat petani di Desa Lembatongoa.
Kelompok beranggotakan sembilan orang itu mengulangi aksinya pada Mei 2021 dengan membunuh empat petani kopi warga Desa Kalemago, Lore Timur, Kabupaten Poso.
Wakil Bupati Poso Yasin Mangun mengungkapkan aksi teror kelompok itu menyebarkan ketakutan di kalangan warga yang umumnya bertani dan berkebun di sekitar kaki gunung biru, sebagai mata pencaharian.
“Yang terdampak secara sosial ekonomi serta psikologis itu ribuan orang. Masyarakat kita itu menjadi takut untuk ke kebun, takut untuk bersosialisasi, dan takut untuk bekerja melakukan aktivitas keseharian mereka,” ungkap Yasin Mangun.
Kondisi yang telah berlangsung lama itu menurunkan tingkat ekonomi masyarakat. Mereka takut menjadi sasaran MIT saat mengolah lahan kebun mereka.
Berdasarkan data Polda Sulteng kelompok MIT kini tersisa sembilan orang yang bergerak secara gerilya di hutan pegunungan luas yang secara administratif wilayah berada di Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan Sigi.
Sumber: voa