Terungkap! Covid-19 Varian Baru Menyebar ke 70 Negara

Ilustrasi

Jakarta, Gempita.co – Virus Covid-19 varian baru, menurut Badan kesehatan dunia (WHO) telah menyebar dengan cepat di banyak negara. Disebutkan ada 70 negara yang telah melaporkan adanya virus tersebut.

Dilansir dari AFP, Kamis (28/1/2021), badan kesehatan PBB mengatakan varian baru COVID-19 yang disebut lebih menular ini pertama kali terlihat di Inggris pada 25 Januari. Virus ini kemudian telah menyebar ke 70 negara di semua wilayah di dunia.

Bacaan Lainnya

Varian itu, yang dikenal sebagai VOC 202012/01 dan telah terbukti lebih mudah menularkan daripada varian virus sebelumnya. Catatan seminggu terakhir ini, virus COVID-19 varian baru itu menyebar ke 10 negara lagi.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pekan lalu juga mengatakan bahwa hasil studi baru menunjukkan virus ini bisa lebih mematikan. Namun, WHO menegaskan bahwa hasil studi tersebut masih bersifat awal.

“Hasil tersebut masih awal, dan lebih banyak analisis diperlukan untuk lebih menguatkan temuan ini,” kata WHO.

WHO juga berbicara terkait varian baru COVID-19 yang berasal dari Afrika Selatan. Virus itu telah menyebar ke 31 negara, delapan lebih dari seminggu yang lalu. Virus itu dikenal dengan 501Y.V2. Tapi, studi laboratorium telah menemukan bahwa varian, 501Y.V2

“kurang rentan terhadap netralisasi antibodi” dibandingkan varian sebelumnya,” kata WHO.

WHO mengatakan perlunya penelitian ulang untuk mengetahui lebih rinci. Tapi, penelitian observasi sementara di Afrika Selatan tidak menunjukkan peningkatan adanya risiko infeksi ulang.

WHO juga mengatakan bahwa sementara studi oleh perusahaan bioteknologi AS Moderna menunjukkan bahwa vaksinnya berpotensi kurang efektif terhadap varian tersebut, “titer penetral tetap di atas tingkat yang diharapkan dapat melindungi”.

Lalu, ada juga varian baru lainnya yang ditemukan di Brasil, sekarang ada di delapan negara, naik dari hanya dua minggu lalu. Varian yang disebut P1 itu telah menimbulkan kekhawatiran serupa bahwa virus tersebut bisa lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah.

“Studi lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah ada perubahan dalam penularan, tingkat keparahan atau aktivitas penetral antibodi sebagai akibat dari varian baru ini,” kata WHO.

Pos terkait