Jakarta, Gempita.co – Di masa pandemi ini, permintaan aquascape mengalami peningkatan tajam. Banyaknya masyarakat yang beraktivitas di rumah, menumbuhkan hobi baru sebagai sarana hiburan, dan aquascape menjadi salah satu pilihannya. Namun demikian, aquascape tidak bisa dikerjakan sembarangan, karena butuh ilmu khusus agar tercipta ekosistem hewan dan tumbuhan secara seimbang. Para pelaku aquascape pun harus memperhatikan prinsip terbentuknya ekosistem di dalam akuarium.
Melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon – Pusat Pelatihan dan Penyuluhan (Puslatluh) KP, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menyelenggarakan Pelatihan Daring membuat Akuarium dan Aquascape, pada 9 November 2020. Kegiatan ini diikuti oleh 204 peserta yang berasal dari 30 provinsi di Indonesia.
Aquascape merupakan seni untuk membuat karya artifisial ekosistem di akuarium, yang dikenal di Jepang sebagai akuarium alam atau taman alam yang dibuat di sebuah akuarium. Aquascape dipadukan dengan seni dekorasi sebagai unsur penunjangnya, seperti pasir, batu, kayu, tanaman hias, hewan air tawar lainnya, sehingga membentuk sesuatu pemandangan khusus yang hidup dan kompleks menyerupai dengan habitat aslinya.
Dalam sambutannya, Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, menuturkan bahwa secara psikologis, keberadaan aquascape ataupun akuarium mampu memberikan ketenangan hingga menurunkan tingkat stress. Akuarium pun sudah menjadi kebutuhan di gedung-gedung perkantoran dan perumahan. Semakin meningkatnya hobi akuarium, juga semakin meningkatkan kebutuhan akan ornamen di dalamnya, seperti tanaman, batu, karang, kayu hingga keberagaman ikan hias.
“Untuk memenuhi hal tersebut, saya mendorong BPPP Ambon dan juga BPPP lainnya untuk membentuk kelompok pembudidaya flora dan pembudidaya ikan hias. Budidaya ikan laut di Teluk Ambon sangat potensial karena wilayahnya dekat dan memiliki perairan tenang. Jenis ikan hias yang banyak dibudidaya di Ambon yakni clownfish. Dengan adanya potensi tersebut, diharapkan Ambon dapat menjadi sentra ikan hias laut. Butuh kerja sama dari pemerintah daerah setempat dan juga Eselon I KKP lainnya, yakni Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, untuk mewujudkan hal tersebut,” papar Sjarief.
Di samping itu, Sjarief juga mendorong BPPP Ambon menjadikan para peserta untuk dapat menyebarkan ilmu yang didapat di wilayahnya, sehingga dapat dibentuk kelompok Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) baru untuk usaha budidaya tumbuhan atau pembuatan aquascape.
“Mari dihitung secara saintifik, desain mockup aquascape untuk mengetahui kebutuhan produksinya. Kita juga dapat membuat one stop shop, tak hanya menyediakan pelatihan membuat aquascape, tapi juga menyediakan seluruh ornamen kebutuhannya. Bisa juga dibuat koperasi untuk melakukan penyewaanya. Karenanya, pelatihan ini harus bersendikan 4 pilar utama; yakni learning to know, to do, to live together, and to be,” terang Sjarief.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Puslatluh KP, Lilly Aprilya Pregiwati, menyampaikan apresiasinya kepada BPPP Ambon yang telah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik meskipun di tengah tantangan pandemi Covid-19.
“Pelatihan hari ini bisa menjawab kebutuhan masyarakat yang memiliki hobi aquascape ataupun untuk masyarakat yang akan memulai bisnis pada bidang tersebut. Untuk BPPP Ambon saya berharap langkah awal ini dapat terus berkembang, sehingga kedepan masyarakat semakin tertarik dengan dunia kelautan dan perikanan,” tutur Lily.
Kunci Keberhasilan
Kepala BPPP Ambon, Abu Bakar, di kesempatan yang sama, memaparkan beberapa faktor penting yang menjadih kunci keberhasilan pemeliharaan aquascape, yakni Cahaya, pencahayaan yang dibutuhkan menggunakan lampu yang seharusnya beroperasi 5−12 jam per hari, setelah 6 jam nyala / 3 jam mati. Level cahaya harus disesuaikan dengan jenisnya tumbuhan yang ditanam.
“Kedua, penyaringan, filtrasi dilakukan terus menerus sehingga kualitas airnya terawat. Ketiga, CO2 terlarut, selain digunakan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen untuk biota yang ada, CO2 dalam aquascape sangat erat hubungannya dengan keasaman air (pH) dan KH. Tingkat keasaman yang ideal dalam aquascape adalah 6,8,” jelas Abu Bakar.
Kunci keempat, Suhu, tanaman air biasanya tidak dapat tumbuh subur di lingkungan sekitar suhu di bawah 25⁰C atau di atas 27⁰C.
“Dan yang kelima, fauna, pilihan fauna yang tepat (misalnya ikan, udang, dan siput) akan melengkapi keindahan taman di akuarium dan akan memberikan kesan artistik. Nilai estetika yang ada tidak hanya untuk dinikmati saja, akan tetapi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran mengenai estetika aquascape,” pungkasnya.
Sumber: Humas BRSDM