Gempita.co – Krystsina Tsimanouskaya berhasil kabur setelah telepon dari Minsk neneknya, setengah jam menjelang Krystsina Tsimanouskaya dipaksa masuk pesawat telah menyelamatkannya.
Atlet lari Belarusia itu diberi waktu 10 detik untuk menerima telepon dari neneknya di Ibukota Belarusia, di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang, Minggu (1/8) malam.
“Nenek menelepon saya, ‘Tolong jangan kembali ke Belarusia, tidak aman’. Saya sudah menduga,” kata Tsimanouskaya dalam konferensi pers pertamanya setiba di Warsawa, Polandia, Kamis (5/8) malam.
Tsimanouskaya kemudian menunjukkan pesan neneknya itu kepada polisi Jepang yang mengawalnya dari kampung atlet Olimpiade Tokyo 2020 ke Bandara Haneda. Ia menggunakan aplikasi google translate soal ancaman terhadap keselamatannya jika pulang.
Ofisial Belarusia yang mengawal tidak menyangka Tsimanouskaya seberani itu. “Mereka berpikir saya takut untuk berbicara, takut untuk mengatakan yang sebenarnya kepada seluruh dunia. Tapi saya tidak takut,” kata Tsimanouskaya.
Berkat telepon 10 detik itulah pelari cepat 200 meter tersebut selamat. Polisi dan staf Komite Olimpiade Internasional (IOC) akhirnya menjaga ketat atlet 24 tahun tersebut dan mengizinkannya menolak terbang. Hingga akhirnya Tsimanaouskaya mendapatkan suaka dari Polandia.
IOC pada Kamis (5/8) malam mengusir dua ofisial Belarusia dari kampung atlet. Keduanya adalah pelatih kepala atletik Turi Moisevich dan ofisial tim Artur Shumak.
“IOC kemarin malam membatalkan dan menghapus akreditasi dua pelatih, Tuan Shumak dan Tuan Moisevich,” kata IOC dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Jumat (6/8) pagi.
“Kedua pelatih diminta untuk segera meninggalkan Desa Olimpiade.”
Menurut Tsimanouskaya, keluarganya khawatir dia akan dikirim ke ‘bangsal psikiatri’ setiba di Belarusia. Yang dimaksud ‘bangsal psikiatri’ adalah penjara untuk mencuci otak para pembangkang atau oposan terhadap kediktatoran Presiden Alexander Lukashenko.
Tsimanouskaya menegaskan ia tidak takut telah mengungkap aib pemerintahnya. Selama persiapan Olimpiade, ia jauh dari urusan politik. Ia tidak ikut demo memprotes pemilu curang, ia tidak sedikitpun menunjukkan simpatinya kepada oposisi. Sejumlah atlet yang terang-terangan mendukung oposisi akhirnya dicoret dan ditangkap.
“Yang saya inginkan adalah pergi ke Olimpiade dan melakukan yang terbaik,” ujarnya.
Tapi karena dipaksa turun dalam nomor lari estafet 4×400 meter, padahal ia spesialis sprinter 100 meter dan 200 meter, Tsimanouskaya berontak.
“Saya mencintai negara saya. Saya tidak mengkhianati Belarusia,” ia menandaskan.
Kasus ini berawal ketika Krystina mengunggah video di Instagram yang mengkritik para pelatihnya. Wanita itu protes karena dimasukkan ke kategori relay 4x400m tanpa sepengetahuannya dan tanpa latihan. Sebelumnya ia hanya tahu akan bertanding pada kategori 200m.
Keesokan harinya, ia dipaksa untuk pulang dan dibawa ke bandara Haneda. Krystsina kemudian melaporkan bahwa ia diculik dan takut kembali ke negaranya sendiri. Belarusia di bawah kepemimpinan Lukashenko diketahui kerap melakukan cara keji untuk menghukum warganya. Dilaporkan pengkritik sering kali dipukul hingga disetrum di penjara dan hingga kini paling tidak ada 10 orang meninggal karenanya.
“Aku takut di Belarusia mereka akan memenjarakanku. Aku tidak takut dipecat atau dikeluarkan dari timnas. Aku khawatir dengan keselamatanku sendiri dan aku pikir saat ini tidak aman di Belarus,” ungkapnya.
Sumber: berbagai sumber