JAKARTA, Gempita.co– Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo menutup kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat (AS) dengan menyapa 201 nelayan Indonesia di Honolulu, Hawai’i.
Ia memastikan akan menyerap semua keluhan dan masukan dari para nelayan yang bekerja di kapal penangkap ikan berbendera AS tersebut.
“Masukan, saran, pertanyaan bisa juga ke instagram menteri. Ini 24 jam bisa kita akses,” kata Menteri Edhy, Jumat (20/11) malam, waktu Hawai’i.
Kedepan, Menteri Edhy memastikan akan terus berkomunikasi dengan Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Indonesia yang bertugas di negeri Paman Sam. Berdasarkan hasil pembicaraan dengan para nelayan, diketahui gaji yang mereka terima berkisar USD300-500 per bulan, dan selama ini mendapat perlakuan yang cukup baik dari pemilik maupun kapten kapal.
Kendati demikian, para nelayan nampaknya tidak memahami isi kontrak kerja dan tidak memiliki posisi tawar untuk menegosiasikan prasyarat kontrak, antara lain terkait keimigrasian AS dan asuransi. Sehingga mereka tidak memiliki visa AS dan asuransi kecelakaan kerja dan kesehatan yang jelas.
Dampak dari kondisi ini adalah mereka tidak diperkenankan meninggalkan area pelabuhan dan harus setiap saat siap kembali ke kapal saat pemeriksaan oleh petugas Imigrasi AS. Selain itu apabila terjadi kecelakaan kerja, besaran tanggungan asuransi adalah hasil negosiasi saat itu.
“Jadi ini teman-teman semua mudah-mudahan pertemuan ini menjadi catatan kita semua. Ada hal-hal yang perlu kita perbaiki. Saya tanya ke pak Konjen, memang tidak mudah. Saya yakin kalau semuanya demi kepentingan kemanusiaan, InsyaAllah pak Konjen ya, (ini) jadi niat baik kita,” sambungnya.
Usai berdialog, Menteri Edhy menyempatkan diri untuk bermain _game_ dengan para nelayan. Ia pun melemparkan lima pertanyaan kepada lima nelayan sekaligus menyiapkan hadiah bagi mereka yang bisa menjawab dengan benar.
Pertanyaan-pertanyaan yang dilempar Menteri Edhy di antaranya, siapa Presiden RI saat ini, Pancasila, serta lagu-lagu kebangsaan.
“Pertanyaannya gampang, saya takut lama-lama kalian disini sampai lupa negeri sendiri,” canda Menteri Edhy.
Sebagai informasi, setiap tahun KJRI LA berkunjung ke Hawai’i untuk memberikan layanan keimigrasian dan kekonsuleran. Salah satu yang menjadi prioritas dari kunjungan tersebut adalah para nelayan Indonesia yang tidak memiliki akses keluar kapal. Sehingga pelayanan keimigrasian, seperti pembaruan paspor, SPLP, dan lainnya dilakukan di atas kapal tempat mereka bekerja, saat tengah sandar di Honolulu.
Sebelumnya Menteri Edhy juga mengunjungi _Oceanic Institute of Hawaii Pacific University_, salah satu lembaga riset yang berbasis di Honolulu. Ia juga menyaksikan penandatangan _Letter of Intent (LOI)_ antara KKP yang diwakili Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto bersama Direktur Eksekutif, Wakil Presiden Senior, dan Rektor _Hawaii Pacific University_ di _Ocean Institute_ pada Jumat 20 November siang waktu setempat.
Kerja sama KKP dengan _Oceanic Institute of Hawaii Pacific University_ mencakup transfer teknlogi, transfer pengetahuan, dan peningkatan kapasitas SDM. OI sendiri merupakan lembaga riset yang fokus pada produksi induk udang unggul, budidaya laut, bioteknologi, dan pengelolaan sumber daya pesisir secara berkelanjutan.